Ini Visi Misi Jokowi kalau Jadi Presiden
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
JAKARTA, KOMPAS.com
-- Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo selalu mengelak
jika ditanya soal visi misinya kalau terpilih sebagai presiden RI. Ia
hanya sempat mengungkapkan, salah satu program besarnya yaitu revolusi
mental. Lainnya, Jokowi memilih untuk menyimpan rapat visi misinya dan
berjanji akan menyampaikannya pada waktu yang tepat.
Saat
menghadiri Rapat Pimpinan Nasional Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)
pada Selasa (13/5/2014), di Jakarta, Gubernur DKI Jakarta itu secara
gamblang memaparkan apa yang akan dilakukannya jika menjadi orang nomor
satu di republik ini.
Berikut sejumlah program yang dipaparkan Jokowi sebagai visi misinya:
1. Pendidikan
Di
sektor pendidikan, Jokowi menekankan pada revolusi mental. Menurutnya,
revolusi mental akan efektif bila diawali dari jenjang sekolah, terutama
pendidikan dasar. Menurutnya, siswa SD seharusnya mendapatkan materi
tentang pendidikan karakter, pendidikan budi pekerti, pendidikan etika
sebesar 80 persen. Sementara itu, ilmu pengetahuan cukup 20 persen saja.
"Jangan terbalik seperti sekarang. Sekarang ini anak-anak yang
kecil dijejali dengan Matematika, Fisika, Kimia, IPS. Sehingga yang
namanya etika, perilaku, moralitas tidak disiapkan pada posisi dasar,"
kata Jokowi.
Menurut Jokowi, porsi materi ilmu pengetahuan
diperbesar pada tingkat SMP. Meski porsi ilmu pengetahuan diperbesar,
Jokowi mengatakan, materi pendidikan karakter, budi pekerti, dan etika
harus lebih besar. Ia menggambarkannya dengan persentase 60-40 persen
untuk pendidikan karakter.
Jokowi mengatakan, porsi besar untuk
materi tentang ilmu pengetahuan baru diberikan di jenjang SMA. Besarnya,
kata dia, mencapai 80 persen. Pada tahap SMA, porsi untuk pendidikan
karakter, budi pekerti, dan akhlak cukup 20 persen saja.
Selain
itu, ia juga ingin meningkatkan jumlah SMK. Menurutnya, negara-negara
industri maju seperti Jepang, Korea, dan Jerman adalah negara-negara
yang punya banyak SMK.
"Peningkatan jumlah SMK adalah salah satu
yang penting. Karena keterampilan semua ada di sana. Karena di situ ada
teknologi, di situ ada keterampilan, di situ ada skill yang dibangun," ucap Jokowi.
Ia
yakin, jika semua hal di atas dilakukan, akan muncul generasi yang
memiliki sikap mental dan budaya kerja yang baik, serta penuh daya
saing, yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas bagi bangsa
dan negara.
"Karena percuma kekayaan alam yang besar jika tidak
dibarengi dengan produktivitas, serta daya saing bagi SDM yang ada di
dalamnya. Tanpa revolusi mental, tanpa budaya kerja yang sudah tertanam
sejak kecil, saya kira sulit juga untuk membangun sebuah daya saing dan
produktivitas," papar Jokowi.
2. Pertanian
Di sektor pertanian, Jokowi menilai, Indonesia kehilangan orientasi
untuk membangun sektor ini. Indonesia, kata dia, tak pernah lagi
memunculkan varietas-varietas unggul. Bahkan, menurut Jokowi, satu
hektar lahan pertanian di Indonesia hanya dapat menghasilkan maksimal
4,5 ton, sementara di negara lain bisa mencapai 8-9 ton.
"Mestinya
kalau sudah ditentukan ingin memajukan pangan, infrastrukturnya
dibangun. Bendungan dan segala sistem irigasinya harus disediakan. Yang
berkaitan dengan pupuk, pestisida, semuanya harus disiapkan. Riset harus
menjadi kunci utama, dan diberi anggaran yang besar sehingga kita akan
bisa memunculkan kembali varitas-varitas unggul," katanya.
Selain
itu, Jokowi juga menyoroti banyaknya lahan-lahan pertanian yang
terkonversi menjadi perumahan, industri, dan pertambangan. Menurutnya,
hal tersebut adalah kesalahan karena Indonesia saat ini membutuhkan
banyak lahan untuk sawah dan ladang baru. Tak hanya itu, ujarnya,
infrastruktur pendukung lahan pertanian seperti waduk dan bendungan juga
harus diperbanyak.
"Pernah tidak mendengar kita bangun waduk dan
bendungan baru? Padahal dalam perencanaan kita bisa bangun 70-an waduk
per tahun. Tetapi tidak dilaksanakan karena kita kehilangan
disorientasi," ujar Jokowi.
Lebih lanjut, Jokowi juga menyoroti mahalnya ongkos produksi karena petani bergantung pada pupuk dan pestisida kimia.
"Harusnya petani disediakan pupuk dan pestisida gratis sehingga mereka tidak terbebani biaya," katanya.
Jokowi
juga menyoroti keberadaan terminal agro. Menurutnya, terminal agro
sudah seharusnya berada di setiap kabupaten. Ia menilai, menambah
keberadaan terminal tersebut akan dapat meningkatkan produksi di sektor
pertanian, seperti yang dilakukan Thailand.
"Terminal agro
jangan hanya gedung saja. Saya lihat di Dubai dan Abu Dhabi, 80 hektar
lahan digunakan hanya untuk tempat penyimpanan logistik pertanian saja.
Mestinya di setiap daerah ada yang seperti itu," ujar Jokowi.
"Sebanyak
apa pun panen yang melimpah ruah, tidak akan berarti kalau tidak
disiapkan industi pasca panen. Inilah yang harus diluruskan, karena
ketika kita menyuruh petani untuk menanam, maka harus disiapkan pula
industri pasca panennnya," katanya lagi.
3. Kelautan
Di
bidang kelautan, Jokowi menyoroti kalah bersaingnya nelayan-nelayan
lokal karena ketertinggalan dalam bidang teknogi dibanding
nelayan-nelayan asing. Hal itu, menurutnya, menjadi salah satu penyebab
melonjaknya harga ikan di pasaran.
"Kapal-kapal negara lain yang masuk ke laut kita sudah komplet. Ada kapal sepuluh, yang sembilan nangkap,
yang satunya untuk pengalengan. Langsung dikalengkan. Kenapa kita tidak
bisa seperti itu. Padahal sebenarnya bisa," kata Jokowi.
Ia
berjanji, jika terpilih sebagai presiden akan menyediakan kapal-kapal
modern untuk para nelayan, yang disertai dengan pelatihan bagi para
nelayan.
"APBN kita gede banget, hampir Rp 1.700
triliun. Berapa sih biaya beli kapal? Murah sekali. Dan berikan nelayan
pelatihan, jangan yang gratisan karena itu tidak mendidik. Saya paling
tidak setuju dengan yang gratisan," ujarnya.
4. Energi
Di
bidang energi, Jokowi menyoroti besarnya subsidi BBM dan subsidi
listrik. Menurutnya, daripada terus-terusan memberikan subsidi BBM,
lebih baik memaksimalkan gas dan batubara yang jauh lebih murah.
"Contohnya
untuk listrik. Subsidi listrik itu mencapai Rp 70 triliun. Tapi kenapa
listrik pakai BBM, kenapa tidak pakai batubara?" kata Jokowi.
Jokowi
mencurigai, selama ini ada pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari
besarnya subsidi BBM dan listrik. Hal itu yang dinilaiya menjadi
penyebab dilakukannya kebijakan yang sebenarnya lebih banyak merugikan
kas APBN itu.
"Kenapa harus kita lakukan terus menerus? Karena
ada yang mengambil keuntungan besar dari sana. Dan keuntungannya itu
dibagi-bagi. Saya sudah tahu. Dulu waktu di Solo belum tahu. Tapi
setelah di Jakarta jadi tahu semuanya," kata mantan Wali Kota Solo itu.
"Kalau
BBM bisa dikonversi ke gas atau batubara, kita akan bisa menghemat
anggaran hingga Rp 70 triliun per tahun. Jadi ada efisiensi anggaran,"
lanjutnya.
5. Infrastruktur
Di bidang
infrastruktur, Jokowi menyoroti masih kurangnya pengembangan
infrastruktur di laut, pengembangan bandara, maupun penambahan jalur
kereta api. Untuk infrastruktur laut, ia menilai, jika dapat
dimaksimalkan, maka ke depannya tidak ada lagi ketimpangan harga antara
daerah yang satu dengan yang lain. Ia mengistilahkan konsep pembagunan
infrastruktur laut yang akan ia lakukan dengan istilah "tol laut".
Menurutnya,
tol laut adalah penyediaan kapal-kapal berukuran besar untuk
pengangkutan antarpulau dalam waktu yang sesering mungkin.
"Jadi
tol laut ini modalnya hanya kapal. Bukan bangun tol di atas laut. Jadi
tol laut itu pengangkutan pakai kapal dari pelabuhan ke pelabuhan, tapi
bolak-balik. Ini akan mempermudah manajemen distribusi logistik,
sehingga harga-harganya akan lebih murah," kata Jokowi.
Jokowi
menjelaskan bahwa tol laut adalah konsep distribusi jalur laut yang
menghubungkan lima pelabuhan besar, yakni Pelabuhan Belawan (Medan),
Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Makassar, dan Sorong
(Papua Barat).
"Jadi harus ada penyediaan kapal besar, dari
Sumatera langsung ke Papua, Papua ke Sumatera. Kalau ada kapal besar,
ongkos angkutnya akan menjadi kecil dan murah, karena ngangkutnya
langsung banyak. Jadi tidak akan ada lagi harga semen di Jawa Rp 50
ribu, di Papua Rp 1 Juta," ujar Jokowi.
Jokowi mencontohkan
distribusi sapi dari NTT dengan yang ada di Australia. Ia menilai,
secara kualitas, sapi NTT tidak kalah dibanding sapi Australia.
Kekurangan yang terjadi selama ini hanya terletak pada ketiadaan kapal
pengangkut sapi yang berukuran besar.
"Kalau dari NTT, ngangkutnya
pakai kapal kecil-kecil. Sebenarnya sapi di sana tidak kalah
kualitasnya dibanding sapi Australia. Tapi ongkos biaya angkutnya yang
mahal, bisa sampai 50-60 persen. Kiriman sapi dari Australia, sekali
angkut bisa sampai 30 ribu sapi di dalam satu kapal. Kapal besar itu
yang kita tidak punya," katanya.
"Kalau ada tol laut ini, akan
mempermudah distribusi. Dari pulau besar ke pulau besar pakai kapal
besar. Nanti ke pulau yang agak kecil pakai kapal sedang. Dilanjutkan
lagi dengan pakai kapal kecil ke pulau-pulau kecil. Jadi, bukan kapal
kecil dari Papua ke Jawa yang belum tentu bisa sampai ke Jawa, karena di
tengah jalan kena ombak langsung terguling. Hilang semen, hilang
sapinya," jelas Jokowi .
Sementara itu, untuk pengembangan
bandara, Jokowi mengaku akan menerapkan konsep kerja sama dengan
investor swasta. Menurutnya, ide tersebut muncul tak lepas dari
permasalahan lambannya pengembangan Bandara Soekarno-Hatta, yang
berpengaruh pada semakin karut-marutnya jadwal penerbangan.
"Seharusnya
kalau APBN tidak sanggup, serahkan saja ke swasta. Tidak masalah. Asal
hitung-hitungannya jelas dan biaya pelayanan nantinya tidak membebani
masyarakat. Kalau diserahkan ke investor, semua bandara akan bisa
dibagun baru seluruhnya," ujarnya.
Lebih lanjut, Jokowi juga
menyoroti seputar infrastruktur jalur kereta. Menurutnya, sudah
seharusnya dilakukan penambahan jalur kereta di Jawa, sembari membangun
jalur kereta di kawasan-kawasan tambang di Sumatera dan Kalimantan.
"Pengangkutan
batubara, nikel, dan bauksit jangan sampai menggunakan jalan raya.
Karena selain mahal, juga akan merusak jalan. Dan itu kewajiban negara,"
kata Jokowi.
6. Administrasi birokrasi
Jokowi
menutup pemaparan visi dan misinya dengan program pembenahan di bidang
administrasi dan birokrasi. Ia berjanji, bila terpilih, akan segera
menerapkan sistem elektronik dan jalur online dalam hal
pengadaan barang dan jasa di seluruh institusi pemerintah, termasuk
dalam hal pengawasannya. Sistem tersebut adalah sistem yang saat ini
diterapkannya di lingkungan pemerintah provinsi DKI Jakarta.
"Kita harus menerapkan e-budgeting, e-purchasing, e-catalogue, e-audit, pajak online, IMB online. Kita online-kan semua. Jadi tidak ada lagi 'ketema-ketemu', supaya 'amplop-amplopan' hilang," katanya.
Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2014/05/15/0705215/Ini.Visi.Misi.Jokowi.kalau.Jadi.Presiden.