Saat dipeluk Komandan Kodim, tangis Tasripin makin menjadi.
Tasripin terharu mendapat bantuan dari Presiden SBY
Eko Priliawito, Robbi (Cilacap-Banyumas
Jum'at, 19 April 2013, 15:54 WIB
VIVAnews - Tasripin, bocah 13 tahun yang menghidupi
tiga adiknya, dijemput petugas Kodim 0701 Banyumas, dari Hotel Wisata
Niaga Purwokerto, tempatnya menginap, Jumat, 19 April 2013. Dia akan
dipertemukan dengan Haryanto, Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan
Energi yang sudah menunggu di rumahnya.
Haryanto datang sebagai
utusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan akan memberikan batuan.
Sejak kisahnya mencuat ke media, memang banyak bantuan datang. Kodim
Banyumas bahkan merehabilitasi total rumah Tasripin yang kondisinya
sudah rusak.
Bersama dengan adiknya, sekitar pukul 13.00 WIB,
Tasripin dijemput dan lebih dulu dibawa ke kantor Kodim untuk makan
siang. Setelah itu, Tasripin dibawa menggunakan mobil Toyota Avanza ke
rumahnya di Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok,
Banyumas, Jawa Tengah.
Saat tiba di rumahnya, sudah ada staf khusus presiden dan Komandam
Kodim 0701 Banyumas Letkol (Inf) Helmi Tjahjadi. Tasripin langsung
mendapat bantuan berupa uang tunai yang disimpan dalam amplop besar.
Bocah itu terlihat sedih dan menangis. Bahkan saat dipeluk Komandan
Kodim, tangis Tasripin makin menjadi.
"Saya datang siang ini
sebagai utusan presiden. Bantuan ini diharapkan dapat digunakan untuk
melanjutkan sekolah dan mencukupi kebutuhan Tasripin. Pemerintah
Provinsi diharapkan ikut memperhatikan nasib bocah ini," kata Haryanto.
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono melalui akun Twitternya, @SBYudhoyono,
melancarkan twit mengenai Tasripin. SBY menyatakan, akan mengutus staf
khususnya untuk menyelesaikan persoalan Tasripin.
"Kisah
Tasripin, Banyumas, usia 12 tahun, yg menjadi buruh tani utk menghidupi
ketiga adiknya sungguh menggores hati kita. *SBY*" Begitu twit pertama
@SBYudhoyono membahas soal bocah dari sebuah kampung di Banyumas, Jawa
Tengah itu, Kamis 18 April 2013, sekitar pukul 10.30.
"Saya akan
segera mengutus Staf Khusus saya, bekerja sama dgn Gubernur Jateng, utk
mengatasi persoalan hidup Tasripin. *SBY*" Begitu lanjutan twit SBY
berikutnya.
"Tasripin terlalu kecil utk memikul beban dan
tanggung jawab ini. Secara moral, saya dan kita semua harus membantunya.
*SBY*" (umi)
© VIVA.co.id
======
Tasripin Ingin Kembali ke Sekolah
Tasripin dan ketiga adik yang dia tanggung hidupnya
Tribunnws.com - Empat bocah kecil tampak canggung ketika baru memasuki Hotel Wisata Niaga di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu (17/4).
Mereka baru pertama kali menginjakkan kaki di hotel. Kendati demikian, tasripin (12), Dandi (7), Riyanti (6), dan Daryo terlihat gembira karena bisa menginap di hotel. Tasripin dan adik-adiknya "diungsikan" karena rumah mereka sedang direhab. Rumah kayu ukuran 5x6 meter itu ada di Dusun Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas.
Anggota TNI Komando Resor Militer 071 Wijayakusuma dan Komando
Distrik Militer 0701 Banyumas mulai Kamis (18/4) memperbaiki rumah
tersebut.
Kediaman tasripin dan adik-adiknya itu terdiri atas tiga ruangan, yakni ruang tamu, ruang tidur, dan dapur.
Mereka berempat tinggal sendirian di rumah itu karena sang ibu,
Sutinah (37) meninggal dunia dua tahun lalu akibat tertimpa batu saat
menjadi buruh penambang pasir di desanya.
Sementara sang ayah, Kuswito (41), bersama anak sulungnya, Natim
(21), pergi ke Kalimantan untuk bekerja sebagai buruh di perkebunan
kelapa sawit sejak lima bulan lalu.
Meskipun setiap bulannya Kuswito selalu mengirimkan uang sebesar Rp500 ribu hingga Rp600 ribu untuk tasripin dan adik-adiknya, uang tersebut tidak mencukupi kebutuhan mereka berempat.
"Uang yang dikirim Bapak langsung saya gunakan untuk membayar utang
di warung. Kebetulan ada warung yang bersedia memberi pinjaman dahulu,
seperti beras sebanyak 15 kilogram untuk kebutuhan seminggu dan bumbu
dapur," kata Tasripin. Kalau uang itu masih tersisa, kata dia, digunakan untuk membeli sayuran. Namun, jika habis, terpaksa makan nasi campur garam.
Karena harus memenuhi kebutuhan hidup adik-adiknya, tasripin
yang putus sekolah sejak kelas tiga SD Negeri Sambirata dan masih
menunggak biaya sekolah sekitar Rp100 ribu, berupaya mencari nafkah
dengan menjadi buruh tani. "Saat panen kemarin, saya jadi buruh panen pagi. Hasilnya lumayan meskipun hanya berupa gabah sebanyak 22 kilogram," katanya.
Dia mengaku mengerjakan apa saja yang penting halal demi memenuhi
kebutuhan Dandi dan Riyanti yang juga telah putus sekolah serta Daryo
yang masih duduk di bangku pendidikan anak usia dini (PAUD).
"Kadang saya jadi buruh panggul gabah seberat 15--20 kilogram ke
penggilingan padi dengan berjalan kaki menanjak sejauh 1 kilometer dan
mendapat upah sebesar Rp10 ribu--Rp20 ribu. Kalau dimintai tolong jaga
sawah, saya mendapat upah sebesar Rp50 ribu selama satu minggu,"
katanya.
Setiap hari sebelum berangkat kerja, dia harus bangun pagi untuk
menyiapkan makanan buat adik-adiknya dan memandikan si kecil Daryo yang
masih bersekolah di PAUD. Awalnya, dia mengaku kesulitan mengurus Daryo yang selalu rewel sejak ditinggal pergi oleh ayah mereka. "Namun sekarang, Daryo tidak lagi rewel," katanya. Saat ini, dia mengaku tidak percaya terhadap perhatian dari masyarakat yang begitu besar kepada keluarga kecilnya. Oleh karena itu, dia ingin kembali bersekolah dengan dana bantuan dari masyarakat asalkan ayahnya pulang dari Kalimantan. Menurut dia, sebagian dana bantuan itu akan dijadikan modal usaha bagi ayahnya jika telah kembali ke rumah.
"Saya ingin Bapak bekerja di sini sehingga saya dan adik-adik bisa
kembali bersekolah meskipun kami ketinggalan dengan teman-teman yang
lain," katanya. Terkait dengan kesempatan menginap di hotel, dia mengaku senang karena selama ini belum pernah merasakannya.
Sementara itu, Komandan Kodim 0701 Banyumas Letnan Kolonel Infanteri
Helmi Tachejadi Soerjono mengatakan bahwa pihaknya tersentuh atas
kegigihan tasripin untuk menafkahi adik-adiknya. Menurut dia, pihaknya sengaja mengerahkan anggota TNI untuk merehabilitasi rumah tasripin yang terlihat kumuh sehingga tidak memenuhi standar kesehatan.
"Kami buatkan MCK, perbaiki ruang tidur, dapur, dan lantai. Meskipun sederhana, rumah tasripin nantinya memenuhi standar kesehatan," katanya. Bahkan, kegigihan tasripin dalam memenuhi kebutuhan hidup adik-adiknya pun mendapat perhatian serius dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Presiden SBY dalam akun "Twitter"-nya, @SBYudhoyono, pada hari Kamis
(18/4), menuliskan "Kisah Tasripin, Banyumas, usia 12 tahun, yang
menjadi buruh tani untuk menghidupi ketiga adiknya sungguh menggores
hati kita".
Selain itu, Presiden SBY juga menuliskan "Saya akan segera mengutus
Staf Khusus saya, bekerja sama dengan Gubernur Jateng, untuk mengatasi
persoalan hidup Tasripin" dan "Tasripin terlalu kecil untuk memikul
beban dan tanggung jawab ini. Secara moral, saya dan kita semua harus
membantunya". Kegigihan tasripin ini memang menggugah kepedulian masyarakat karena bocah kecil berusia 12 tahun itu harus membanting tulang demi adik-adiknya.
Satu tasripin tertolong tapi "Tasripin-Tasripin" lainnya masih menunggu uluran tangan. (sumarwoto)
Sumber: http://www.tribunnews.com/