Tampilkan postingan dengan label Pembatasan BBM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pembatasan BBM. Tampilkan semua postingan

Rabu, 17 April 2013

Harga BBM Naik, Inflasi Membesar

Aktivitas pengisian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium di Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) 34-10206, Jakarta, Jumat (12/4/2013). Pemerintah terus membahas langkah yang akan diambil untuk mengurangi subsidi bahan bakar yang membebani Anggaran Pendapatan Belanja Negara.


JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) sampai saat ini masih menghitung dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terhadap inflasi nasional. Asumsi awalnya, jika harga BBM dinaikkan, maka inflasi akan membesar.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, sampai saat ini pemerintah masih menawarkan opsi-opsi pengendalian BBM bersubsidi, namun belum menghasilkan keputusan pasti terkait hal tersebut.
"Kalau semua segmen BBM bersubsidi mau dinaikkan, maka dampaknya akan lebih besar ke inflasi. Bahkan meski kenaikannya cuma Rp 500-1.000 per liter," kata Perry saat ditemui usai pelantikannya di kantor Mahkamah Agung Jakarta, Senin (15/4/2013).

Perry menambahkan resiko terhadap inflasi akan semakin besar bila semua segmen pemakai BBM bersubsidi mengalami kenaikan harga. Namun bila yang dinaikkan atau yang dikendalikan BBM bersubsidinya hanya mobil pribadi maka dampak ke inflasinya akan relarif lebih rendah.

Hal itu disebabkan sekitar 60 persen pengguna BBM bersubsidi dikontribusikan dari pengguna sepeda motor, mobil angkutan umum dan kendaraan non pribadi. Meski masih ada juga mobil pribadi yang masih menggunakan BBM bersubsidi.

Namun sampai saat ini BI belum berani merilis angka pasti terkait dampak kenaikan harga BBM bersubsidi ke inflasi. "Meski ada kenaikan harga pun, dampak ke inflasinya juga untuk jangka pendek saja, biasanya tiga bulan juga selesai," tambahnya.

Meski ada dampak ke inflasi, BI menganggap bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi ini tidak akan mengubah target inflasi hingga akhir tahun yakni masih sebesar 4 plus minus 1 persen. 

Editor :Erlangga Djumena

BERITA TERKAIT:
Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/

Senin, 23 April 2012

1.500 CC ke Atas Dilarang Pakai BBM Bersubsidi

KOMPAS.com — Pemerintah akan membatasi pemakaian bahan bakar minyak bersubsidi untuk mobil pelat hitam kapasitas mesin 1.500 cc ke atas. Hal ini untuk menghemat pemakaian bahan bakar minyak bersubsidi.

Yang 1.500 cc ke atas harus pakai BBM nonsubsidi. Tidak boleh pakai BBM bersubsidi.

Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik, Minggu (22/4/2012), di Karawang, Jawa Barat, program penghematan energi harus dilakukan secara besar-besaran, diikuti pengendalian konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Rencananya, pemerintah akan membatasi pemakaian BBM bersubsidi untuk mobil pelat hitam dengan kapasitas silinder mesin tertentu, yakni 1.500 cc ke atas. Jadi pengguna mobil berkapasitas mesin 1.500 cc ke bawah masih boleh pakai BBM bersubsidi. "Yang 1.500 cc ke atas harus pakai BBM nonsubsidi," ujarnya.

Sejauh ini pemerintah belum mempertimbangkan larangan pemakaian BBM bersubsidi berdasarkan tahun produksi. "Ini saja sulit, kita harus pikirkan pelaksanaannya di pompa bensin. Baru berdasarkan cc saja sulit, apalagi ngomong tahun. Satu-satulah, kita cc dulu. Kalau lancar, baru yang lain," ujarnya.

Rencana pembatasan BBM bersubsidi ini akan kembali dilakukan karena BBM bersubsidi tidak boleh naik harganya.

"Kalau harganya boleh naik, sudah separuh pekerjaan kita selesai. Karena itu paling mudah, begitu orang punya mobil, harus beli BBM Rp 6.000 per liter. Karena sekarang gak boleh, jadi harganya masih Rp 4.500 per liter. Kalau boleh naik kemarin, sudah ringan kita sekarang," ujarnya.


TERKAIT:
Sumber: Kompas.Com