Pemain Timnas Brasil merayakan keberhasilan mereka menjadi juara Piala Konfederasi 2013 
(JUAN BARRETO / AFP)
 
TRIBUNNEWS.COM, RIO DE JANEIRO - O campeao 
voltou....ole...ole...(Juara lagi...ole...ole...)" Kerumunan pendukung 
Brasil terus menyanyikan lagu tersebut diiringi teriakan "ole..ole" usai
 Timnas Brasil
 memastikan gelar juara Piala Konfederasi 2013. Inilah kebangkitan 
negara tradisional sepakbola tersebut setelah beberapa tahun tertidur.
Istimewanya, Tim Samba secara meyakinkan mengalahkan juara dunia 2010
 sekaligus tim terbaik dunia, Spanyol, dengan skor cukup telak 3-0 pada 
laga final di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Senin (1/7) pagi.
Secara keseluruhan A Selecao dinilai sangat siap untuk menghadapi 
Piala Dunia 2014 yang akan digelar 12 bulan ke depan. Kesiapan itu 
ditunjukkan dengan kepercayaan diri yang tinggi setelah menjuarai Piala 
Konfederasi.
"Hari ini, kami memulai jalan menuju Piala Dunia 2014. Kami bermain 
menghadapi empat juara dunia dan kini kami punya kepercayaan diri bahwa 
inilah yang kami inginkan. Para pemain begitu luar biasa," kata Pelatih 
Brasil Luiz Felipe Scolari dilansir Reuters.
Sebelum menang atas Spanyol, Brasil mengalahkan dua juara dunia 
lainnya, yakni Italia di fase grup dan Uruguay di semifinal. Sementara 
sebelum berlaga di Piala Konfederasi, mereka sukses mengalahkan Perancis
 di laga persahabatan.
"Saya pikir kami meningkat, ada kepercayaan lebih dari suporter dan 
itu sangat menyenangkan sebab membuat kami lebih kuat," tambah Scolari, 
yang merasa merinding menderngar nyanyian suporter.
Trofi juara Piala Konfederasi adalah pertama bagi Brasil di kancah 
internasional sejak terakhir kali memenangi turnamen yang sama di edisi 
sebelumnya (2009). Kemenangan itu juga mengakhiri dahaga Brasil yang 
dalam empat tahun terakhir gagal menuai prestasi mengesankan di kancah 
internasional. 
 Tapi, bintang muda Brasil, Neymar, memperingatkan rekannya untuk tidak besar kepala atas hasil itu. Pemain Terbaik Piala Konfederasi 2013 ini pastinya sudah mengukur bahwa persaingan di Piala Dunia 2014 di Brasil lebih ketat dan berat.
"Mari mencoba tetap tenang, berusaha untuk terus membumi. Kami sudah 
melakukan tugas dengan baik dan kami berada di trek yang tepat. Kami 
membutuhkan masa seperti ini, mengetahui satu sama lain dan bekerja 
bersama dan kami harus bisa lebih baik dari sebelumnya," ujar Neymar.
 Kemenangan Brasil ini juga menandai kembalinya dominasi sepakbola ke 
akar sepakbola tradisional yang selama ini menjadi simbol kekuatan 
Brasil. Sangat jelas tipikal permainan Brasil melawan Spanyol adalah 
bentuk perlawanan dengan mengandalkan kombinasi antara skill individu 
dengan kerjasama tim yang kuat.
Kebangkitan Brasil ini cukup fenomenal. Pada awalnya juara Piala 
Dunia lima kali ini berangkat dari sebuh tim yang tak meyakinkan. Bahkan
 dengan pelatih yang baru saja dilantik rasanya sulit untuk mengatakan 
Brasil bisa mengatasi Italia, Uruguay, hingga Spanyol.
 Namun tangan 
dingin Scolari mengubah segalanya. Pelatih yang sukses membawa Brasil 
menjuarai Piala Dunia 2002 ini meracik skuad Samba menjadi satu tim yang
 kompak dan solid dengan generasi baru. Inilah kunci sukses Brasil di 
Piala Konfederasi sekaligus jadi modal besar mereka ke Piala Dunia 2014.
 Bukan Akhir Era.
Di satu sisi, final Piala Konfederasi 2013
 juga mengakhiri dominasi sepakbola Spanyol. Ini adalah kekalahan 
pertama Tim Matador sejak terakhir kali mereka kalah di penyisihan grup 
Piala Dunia 2010 dari Swiss dengan skor 1-0.
Sejak itu Spanyol menjelma jadi raksasa yang sulit dipatahkan. Bahkan
 La Furia Roja secara beruntun memenangi Euro 2008, Piala Dunia 2010, 
lalu kembali memertahankan jawara Eropa dengan menjuarai Euro 2012.
Namun demikian, Spanyol masih menolak dikatakan ini adalah akhir dari
 sebuah era. Penyerang Fernando Torres menyatakan Spanyol akan akan 
kembali berkibar di Piala Dunia 2014 dengan komposisi tim yang lebih 
lengkap.
"Kami adalah tim yang lengkap. Punya keinginan yang kuat dan tim akan
 kembali lengkap. Kami punya Xabi Alonso, lalu ada pemain-pemain U-20 
dan U-21 yang bersaing memperebutkan tempat dan ada juga pemain U-23 
yang sudah mendapat tempat utama di tim-tim Eropa. Jika Anda menyebut 
lagi pengalaman yang kami dapat dari turnamen ini, ini adalah bonus 
besar dan ada alasan kami untuk tetap optimistis," kata Torres.
 
Spanyol memang belum kehabisan generasi dan prestasi. Di level junior, 
mereka juga mendominasi dengan menjuarai Euro U-19 dan U-21. Kini mereka
 menjadi favorit di Piala Dunia U-20.   
Untuk itu, penyerang yang meraih Golden Boot setelah terpilih jadi 
top skor Piala Konfederasi ini bertekad akan kembali ke Brasil tahun 
depan untuk memertahankan trofi Piala Dunia.
"Sepakbola adalah sesuatu yang hebat, karena Anda selalu mendapat 
kesempatan lain. Setahun dari sekarang, mudah-mudahan kami akan berada 
di sana dan punya kesempatan untuk memperbaiki kekurangan hari ini. 
Tidak penting untuk balas dendam ke Brasil, tapi demi kebaikan kami 
sendiri," ungkapnya.
 Memang ada banyak pelajaran diambil Spanyol 
dari kekalahan ini. Mereka sudah harus mulai berpikir bagaimana 
meremajakan skuad timnas dengan memasukkan para pemain muda dari skuad 
U-21.
Tantangan bagi Spanyol sangat jelas bahwa mereka harus kembali 
mempelajari faktor-faktor kelemahan tim dan meminimalkan kemungkinan 
terburuk itu terjadi lagi di Piala Dunia 2014. 
(Tribunnews.com/cen)
Piala Konfederasi 2013 
Sumber: http://www.tribunnews.com/