Tampilkan postingan dengan label Fotografi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fotografi. Tampilkan semua postingan

Senin, 08 September 2014

Teknik Fotografi Blitz/Flash Light

Teknik Dasar Fotografi Digital : blitz/flash Light
blitz atau flash diterjemahkan secara bebas menjadi lampu kilat. Ini merupakan satu asesori yang sangat luas dipakai dalam dunia fotografi. Fungsi utamanya adalah untuk meng-illuminate (mencahayai/menerangi) obyek yang kekurangan cahaya agar terekspos dengan baik. Tetapi belakangan penggunaannya mulai meluas untuk menghasilkan foto-foto artistik. Artikel ini akan membahas dasar-dasar pengetahuan yang diperlukan untuk menggunakan flash dengan benar.
Menggunakan lampu kilat bukan hanya sekedar menyalakan flash, mengarahkan kamera kemudian klik dan jadilah satu foto yang terang, tetapi ada hal-hal yang perlu kita ketahui demi mendapat karya fotografi yang baik.

Blitz dan GN (Guide Number)
Untuk membagi/mengklasifikasikan blitz, ada beberapa klasifikasi yang dapat digunakan. Yang pertama, berdasarkan ketersediaan dalam kamera maka blitz dibagi menjadi built-in flash dan eksternal. flash built-in berasal dari kameranya sendiri sedangkan blitz eksternal adalah blitz tambahan yang disambung menggunakan kabel atau hot shoe ke kamera. Selain itu, kita juga dapat membaginya berdasarkan tipe/merk kamera.
Kita mengenal dedicated flash dan non-dedicated flash. Dedicated flash adalah flash yang dibuat khusus untuk menggunakan fitur-fitur tertentu dalam suatu kamera spesifik. Biasanya produsen kamera mengeluarkan blitz yang spesifik juga untuk jajaran kameranya dan dapat menggunakan fitur-fitur seperti TTL, slow sync atau rear sync, dll. Sedangkan blitz non-dedicated memiliki fungsi-fungsi umum saja dari kebanyakan kamera dan bisa digunakan terlepas dari tipe/merk kamera. flash jenis inilah yang biasanya membutuhkan banyak perhitungan karena flash yang sudah dedicated sudah mendapat informasi pencahayaan dari kamera sehingga tidak membutuhkan setting tambahan lagi.
Ada juga flash yang kekuatan outputnya (GN) bisa diatur dan ada juga yang tidak bisa (fixed GN). Kita akan cenderung lebih banyak membicarakan tentang flash yang non-dedicated, non-TTL, dan fixed GN.
Dalam fotografi menggunakan blitz, kita tidak akan lepas dari kalkulasi-kalkulasi yang berkaitan dengan intensitas cahaya yang terefleksi balik dari obyek yang kita cahayai. Karena itu, kita akan berjumpa dengan apa yang sering disebut GN (Guide Number) atau kekuatan flash. Secara singkat kita dapat katakan kalau flashnya berkekuatan besar, maka akan dapat mencahayai satu obyek dengan lebih terang dan bisa menjangkau obyek yang lebih jauh.
GN pada dasarnya merupakan perhitungan sederhana kekuatan flash. Kita mengenal 2 macam penulisan GN yaitu dengan menggunakan perhitungan satuan yang berbeda yaitu m (meter) dan feet (kaki). Lazimnya di Indonesia kita menggunakan hitungan dengan m. Ini merupakan salah satu pertimbangan juga karena untuk flash dengan kekuatan sama, angka GN m dan feet berbeda jauh. Selain itu, umumnya GN ditulis untuk pemakaian film dengan ISO/ASA 100 dan sudut lebar (35mm/24mm/20mm).
GN merupakan hasil kali antara jarak dengan bukaan (f/ stop atau aperture) pada kondisi tertentu (ISO/ASA 100/35mm/m atau ISO/ASA 100/35mm/feet). Sebagai contoh, jika kita ingin menggunakan flash untuk memotret seseorang yang berdiri pada jarak 5m dari kita menggunakan lensa 35mm dan kita ingin menggunakan f/2.8 maka kita memerlukan flash ber-GN 14. Penghitungan yang biasa digunakan biasanya justru mencari aperture tepat untuk blitz tertentu. Misalnya, dengan blitz GN 28 maka untuk memotret obyek berjarak 5m tersebut kita akan menggunakan f/5.6.
GN ini hanya merupakan suatu panduan bagi fotografer. Bukan harga mati. Yang mempengaruhinya ada beberapa. Salah satunya adalah ISO/ASA yang digunakan. Setiap peningkatan 1 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah sebesar sqrt(2) atau sekitar 1,4 kali (atau jarak terjauh dikali 1.4) dan peningkatan 2 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah 2 kali (atau jarak terjauh dikali 2).

Indoor flash
blitz sering bahkan hampir selalu digunakan di dalam ruangan. Alasannya karena di dalam ruangan biasanya penerangan lampu agak kurang terang untuk menghasilkan foto yang bisa dilihat. Memang, ada teknik menggunakan slow shutter speed untuk menangkap cahaya lebih banyak, tapi biasanya hal ini menyebabkan gambar yang agak blur karena goyangan tangan kameraman maupun gerakan dari orang yang ingin kita foto. Karena itu, biasanya kita menggunakan blitz.
Penggunaannya biasanya sederhana. Kita bisa setting kamera digital di auto dan membiarkannya melakukan tugasnya atau bisa juga kita melakukan setting sendiri menggunakan perhitungan yang sudah dilakukan di atas. Tidak sulit. Hanya saja, ada beberapa hal perlu kita perhatikan agar mendapatkan hasil maksimal.
1. Jangan memotret obyek yang terlalu dekat dengan blitz yang dihadapkan tegak lurus. Ambil contoh dengan blitz GN 20 yang menurut saya cukup memadai sebagai blitz eksternal bagi kamera digital dalam pemotretan indoor dalam ruangan (bukan aula). Jika kita ingin memotret sebutlah orang pada jarak 2 meter dengan ISO/ASA 200 maka kita membutuhkan f/16 yang tidak tersedia pada sebagian besar PDC dan akan menghasilkan gambar yang over. Karena itu, untuk PDC/DSLR biasanya sudah terdapat flash built-in yang TTL dan memiliki GN agak kecil (8-12 pada sebagian PDC, 12-14 pada DSLR). Gunakan itu daripada flash eksternal untuk obyek yang agak dekat.
2. Kombinasikan flash dengan slow shutter speed untuk mendapatkan obyek utama tercahayai dengan baik dan latar belakang yang memiliki sumber cahaya juga tertangkap dengan baik. Ini adalah suatu teknik yang patut dicoba dan seringkali menghasilkan gambar yang indah. Jangan takut menggunakan speed rendah karena obyek yang sudah dikenai flash akan terekam beku (freeze).
3. Bila ruangan agak gelap, waspadai terjadinya efek mata merah/red eye effect. Efek mata merah ini terjadi karena pupil mata yang membesar untuk membiasakan diri dengan cahaya yang agak gelap tetapi tiba-tiba dikejutkan cahaya yang sangat terang dari flash. Jika kamera dan/atau flash terdapat fasilitas pre-flash/red eye reduction, gunakan hal ini. Jika tidak, akali dengan mengubah sudut datangnya cahaya flash agar tidak langsung mengenai mata.
4. Dalam ruangan pun ada sumber cahaya yang kuat seperti spotlight. Hindari memotret dengan menghadap langsung ke sumber cahaya kuat tersebut kecuali ingin mendapatkan siluet yang tidak sempurna (kompensasi under 1 – 2 stop untuk siluet yang baik). Dalam kondisi demikian, gunakan flash untuk fill in/menerangi obyek yang ingin dipotret tersebut.

Bounce/Diffuse
flash adalah sumber cahaya yang sangat kuat. Selain itu, flash adalah cahaya yang bersumber dari sumber cahaya yang kecil (sempit). Karenanya, bila cahaya ini dihadapkan langsung pada suatu obyek akan menyebabkan penerangan yang kasar (harsh). Dalam sebagian besar foto dokumentasi konsumsi pribadi dimana petugas dokumentasi menggunakan kamera point & shoot (film/digital) ini bisa diterima. Tetapi dalam tingkat yang lebih tinggi dimana hasil foto ini akan menjadi konsumsi umum, alur keras cahaya akan memberi efek yang kurang sedap dipandang. Ditambah lagi biasanya ini akan menyebabkan cahaya flash memutihkan benda yang sudah agak putih dan menyebabkan detail-detail tertentu lenyap.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal ini dalam artian melunakkan cahaya tersebut:
1. Memperluas bidang datang cahaya yaitu dengan memantulkannya ke bidang lain (bounce).
2. Menyebarkan cahaya yang datang dari sumber kecil tersebut sehingga meluas (diffuse).
Bounce flash dilakukan dengan cara memantulkan flash ke satu bidang yang luas sehingga cahaya datang dalam sudut yang lebih luas. Kita bisa menggunakan langit-langit atau dinding yang ada dalam ruangan. Jika flash eksternal yang terpasang pada kamera digital terhubung melalui hot shoe, maka flash tersebut harus memiliki fasilitas tilt untuk memantulkan cahayanya. Jika terpasang melalui kabel synchro, maka kita bisa memasang flash pada bracket dengan posisi sedikit menghadap ke atas/samping atau memegangnya dengan posisi demikian.


Posisi memantulkan yang tepat agar cahaya jatuh tepat pada obyek adalah dengan menghadapkan flash tersebut pada langit-langit di tengah fotografer/flash dan obyek.
Beberapa hal perlu kita perhatikan dalam memanfaatkan bounce flash ini adalah:
1. Jarak untuk menghitung f/stop berubah bukan menjadi jarak kamera dan obyek tetapi berubah menjadi jarak yang dilalui oleh cahaya flash tersebut. Normalnya pada sudut tilt 45° kita akan melebarkan aperture 1 stop dan pada sudut tilt 90° kita melebarkan aperture sebesar 2 stop. Tentunya ini hanya panduan ringkas. Pada pelaksanaan tergantung teknis di lapangan.
2. Berkaitan dengan no. 1 di atas, maka jarak langit-langit/dinding tidak boleh terlalu jauh atau akan jadi percuma.
3. Gunakan selalu bidang pantul berwarna putih dan tidak gelap. Warna selain putih akan menyebabkan foto terkontaminasi warna tersebut sedangkan warna gelap akan menyerap cahaya flash tersebut.
4. Perhatikan bisa terjadi kemunculan bayangan pada sisi lain cahaya. Misalnya jika kita memantulkan ke langit-langit maka kita akan mendapatkan bayangan di bawah hidung atau dagu dan jika kita memantulkan ke dinding di kiri maka akan ada bayangan di sebelah kanan. Untuk mengatasinya kita dapat menyelipkan sebuah bounce card di bagian depan flash tersebut sehingga ketika kita memantulkan cahaya ke atas/samping kita tetap memiliki cahaya yang tidak terlalu kuat yang mengarah ke depan dan menetralisir bayangan yang muncul.
Untuk mengambil foto secara vertical, akan mudah kalau kita menggunakan koneksi kabel karena kita dapat dengan mudah menghadapkan flash ke atas jika menggunakan bracket atau dipegang. Tetapi jika koneksi kita adalah hot shoe maka pastikan flash kita memiliki fasilitas swivel head sehingga dapat kita putar menghadap ke atas. Lebih bagus lagi jika kita memiliki flash yang dapat di-tilt dan swivel. Ini akan mengakomodasi sebagian besar kebutuhan kita.
Cara lain melunakkan cahaya adalah dengan memperluas dispersinya. Caranya gunakan flash diffuser. flash diffuser akan menyebarkan cahaya yang keluar dari flash ke segala arah sehingga cahaya yang keluar tidak keras. Umumnya tersedia diffuser khusus untuk flash tertentu mengingat head flash berbeda-beda. Dapat juga kita membuat sendiri diffuser untuk flash kita menggunakan bermacam-macam alat.
Ketika kita menggunakan diffuser, sebenarnya kita menghalangi area tertentu dari arah cahaya flash dan membelokkannya ke tempat lain. Ini mengurangi kekuatan flash yang kita gunakan tersebut. Jika diffuser yang kita gunakan adalah hasil beli, maka kita dapat membaca berapa kompensasi aperture yang kita perlukan ketika menghitung eksposur. Biasanya terdapat pada kotak atau kertas manual. Jika kita memutuskan membuat sendiri, maka kita bisa melakukan eksperimen berkali-kali agar mendapatkan angka yang pas untuk kompensasi yang diperlukan kali lainnya.

Outdoor flash
Sekilas jika kita berpikir tentang penggunaan flash, maka kita akan tahu kalau itu berlaku untuk suasana pemotretan yang kekurangan cahaya. Karenanya, kita umumnya tidak memikirkan tentang perlunya penggunaan flash pada pemotretan luar ruangan (siang hari, of course) karena sinar matahari sudah sangat terang. Di sinilah kesalahan kita dimulai. flash sangat dibutuhkan pada pemotretan outdoor, terutama pada:
  1. Kondisi obyek membelakangi matahari. Pada kondisi seperti ini, meter kamera akan mengira suasana sudah cukup terang sehingga akan menyebabkan obyek yang difoto tersebut gelap/under karena cahaya kuat tersebut percuma karena tidak direfleksikan oleh obyek. Cara mengakalinya adalah dengan melakukan fill in pada obyek sehingga walaupun latar sangat terang tetapi obyek tetap mendapat cahaya.
  2. Matahari berada di atas langit. Ini akan mengakibatkan muncul bayangan pada bawah hidung dan dagu. Gunakan flash untuk menghilangkannya. Untuk melembutkan cahayanya gunakan bounce card atau diffuser.
  3. Obyek berada pada open shade (bayangan). flash digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang sama pada keseluruhan obyek karena bayangan akan membuat gradasi gelap yang berbeda-beda pada bagian-bagian obyek apalagi wajah manusia.
  4. Langit sangat biru dan menggoda. Jika kita tidak tergoda oleh birunya langit dan rela mendapat foto langit putih ketika memotret outdoor maka silahkan lakukan metering pada obyek tanpa menggunakan flash atau dengan flash. Jika kita rela obyek kekurangan cahaya asalkan langit biru silahkan lakukan metering pada langit. Nah, jika kita ingin langit tetap biru sekaligus obyek tercahayai dengan baik, gunakan metering pada langit dan fill flash pada obyek. Ini akan menghasilkan perpaduan yang tepat dan pas.
  5. Langit mendung. Ketika langit mendung, jangan segan-segan gunakan flash karena efek yang ditimbulkan awan mendung akan sama seperti jika kita berada di bawah bayangan.
Ada beberapa teknik pengunaan lampu kilat yaitu bounce flash, diffuse flash, direct flash, off camera flash. :
Teknik bounce flash (pantul)
Tujuan mengunakan teknik ini adalah untuk memantulkan cahaya dari flash ke permukaan yang lebih besar seperti langit-langit atau dinding. Dengan memantulkan cahaya dari flash, maka cahaya ruangan yang ada menjadi lebih merata dan halus. Teknik ini baik digunakan di dalam ruangan dengan langit-langit yang tidak terlalu tinggi.
Teknik Diffuse Light (menyebarkan cahaya)
Tujuannya sama dengan bounce yaitu membuat cahaya lebih merata dan halus. Teknik ini bisa dicapai dengan mengunakan aksesori seperti Gari Fong lightsphere atau stofen omnibounce. Dengan salah satu aksesori ini, kita bisa menyebarkan cahaya ke seluruh arah. Teknik ini baik digunakan di dalam ruangan yang relatif kecil.
Teknik Direct Flash (langsung)
Cara mengunakan teknik ini adalah dengan mengarahkan flash langsung ke subjek. Biasanya hasil dari direct flash cukup kasar, maka dari itu sering dihindari. Tapi kalau kita tidak bisa melakukan teknik bounce atau diffuse karena keterbatasan lingkungan, maka teknik ini bisa dilakukan.
Teknik Off Camera Flash
Tujuan teknik ini adalah untuk menghasilkan cahaya yang tearah pada suatu subjek. Misalnya dalam potret manusia, mengunakan teknik ini dengan benar dapat menghasilkan foto objek seperti tiga dimensi. Untuk mengunakan teknik ini, diperlukan penghubung antara kamera dan lampu kilat. Alat penghubung antara lain seperti kabel sinkronisasi (cable sync flash), atau wireless trigger (alat pemantik nirkabel). Dengan adanya alat penghubung, kamera bisa mengatur satu lampu kilat ataupun beberapa lampu kilat yang disusun dalam beberapa kelompok. Ada beberapa kamera digital SLR tingkat menengah seperti Nikon D90 dan Olympus E-620 memiliki wireless trigger built-in sehingga tidak memerlukan alat penghubung tambahan. Tapi biasanya, fitur ini ada kelemahannya seperti jangkauan yang pendek dan tidak terlalu bisa diandalkan di setiap situasi.
Source – Web

Sumber: http://maribelajarfoto.wordpress.com/2012/11/15/teknik-fotografi-blitzflash-light/

MEMILIH LAMPU STUDIO

MEMILIH LAMPU STUDIO

BUDGET
Apakah budget kita leluasa, sedang atau terbatas.
Lampu studio tersedia dipasaran mulai dari yang harganya 600ribu rupiah perbuah hingga yang 15juta rupiah perbuah.
Atau untuk Studio Kit dengan basic set 2 lampu dengan tiang lampu dan standard softbox mulai dari paket Rp 6juta rupiah hingga yang 45juta rupiah.
Jaminan untuk anda adalah, semua merek apapun baik lampu yang murah atau pun yang mahal sekalipun, selama lampu studio tersebut menghasilkan intensitas cahaya 5000 hingga 5500 K (Kalvin satuan cahaya) boleh dikatakan sudah memadai jadi anda mau beli yang murah boleh dan beli yang mahal juga boleh tanpa was was kalau yang murah hasilnya tidak sebagus yang mahal.

LOKASI
Apakah kita hanya akan memotret di studio saja atau kita juga sering memotret outdoor entah untuk PreWedding atau Glamour dengan Mix light.
Umumnya pemotretan di Studio biasanya memakai lampu yang mempunyai ukuran Joule antara 1200 hingga 3200 joule flash energy (semacam satuan untuk mengukur cahaya) ada yang memakai satuan Flash power 1000 watt/second kalau atau ada yang untuk mudahnya kita pakai Guide Number atau sekian GN).
Sedang untuk pemotretan di Outdoor kalau sifatnya hanya untuk fiil in kita cukup dengan flash light dengan joule kecil antara 600 hingga 1000 joule saja sudah cukup.
Anda bisa lihat di spec dari lampu yang anda beli, setidaknya bisa tanya atau cari referensi atau lihat di website lampu tersebut.

Contoh spec lampu studio:
- Specifications –
Flash Power : 600Ws
F-stop : 78GN
Recycling time : 1.0 – 4.0s (my actual real world measurement)
Flash duration : 1/1000 – 1/2000s
Color temperature : 5200 – 5500°K
Modeling light : E27/250W
Modeling mode : proportion mode/full
Output precision ± 0.01EV
Charging indication buzz/modeling light

PORTABILITY
Misalnya jawaban pertanyaan anda diatas tentang lokasi adalah Outdoor.
Apakah dilokasi pemotretan outdoor itu cukup tersedia fasilitas listrik atau GenSet (pembangkit listrik protable) atau sama sekali tidak ada.
Kalau ternyata di lokasi tidak ada sumber listrik dan mobil anda bisa mencapai lokasi pemotretan atau setidaknya dekat dengan lokasi pemotretan tersebut anda tetap bisa mendapatkan tenaga listrik dari mobil anda.
Anda dapat gunakan inverter atau perubah arus dari DC(melalui lighter port pada dashboar mobil) dan mengeluarkan arus AC yang bisa digunakan untuk pemotretan. Inverter ini bermacam macam mulai dari yang outputnya 100 watt hingga 250watt dan ini cukup memadai untuk lampu studio flash.
Bila ternyata lokasi pemotretan ini jauh dari mobil anda atau ditengah tengah sawah atau pepohonan, anda dapat pertimbangkan menggunakan Portable Light yaitu lampu studio yang cukup dengan tenaga batere 12 volt dan portable.
Ada beberapa merek yang dapat anda pilih seperti Porta Light kalau tidak salah keluaran Bowen. lalu ada Mobilite dari Broncolor, Mobilite dari Visatec dan Mobilite dari Golden Eagle dan ada beberapa merek lain.
Harganya pun tergantung budget anda mulai dari yang persetnya Rp2.5 juta hingga yang Rp27juta.

ACCESSORIES
Lampu Studio membutuhkan beberapa asesorie agar bekerja maksimal, dengan mengetahui jenis apa pemotretan yang akan sering anda lakukan akan memudahkan anda menentukan asesories apa saja yang perlu dibeli.
Misalnya:
- Reflektor pada lampu studio, ada yang sudut pencahayaan yang dipancarkan (iluminasi rangenya 60 hingga 90 derajat, ada yang lebih lebar lagi hingga 120derajat atau lebih.
- Payung ada yang silver, gold dan transparant, ukuran diameter juga berbeda dan bahan juga berbeda dan pasti harga juga berbeda mulai dari harga 80ribu hinga harga 450ribu.
- Lalu pintu penutup lampu studio atau pelembut efek cahaya, apakah anda perlu Barn door, Snoot, Honey Comb, strip softbox, hard softbox.
- Filter lampu studio
- Dsb


 

Sumber: http://pakgede.wordpress.com/2008/04/27/memilih-lampu-studio/

Jumat, 05 April 2013

Istilah Dasar Fotografi Yang Wajib Anda Pahami





Artikel tips memotret kali ini akan menjelaskan istilah dasar fotografi yang wajib dipahami bagi pemula yang ingin belajar fotografi. Di era saat ini, memiliki kamera digital sudah bukan suatu hal yang luar biasa. Di mall dan ditempat-tempat wisata sering kita temui banyak orang sudah menenteng kamera digital baik itu SLR ataupun kamera saku.

Namun apakah mereka semua paham betul istilah-istilah dasar fotografi ? belum tentu. Bermodal uang dan kata trend mendapatkan sebuah kamera SLR tanpa sebuah dasar pemahaman akan dasar fotografi saat ini sudah menjadi fenomena biasa. Terus apa masalah ? tidak ada masalah dengan hal itu.

Akan tetapi jika kita mengerti dan memahami istilah dasar fotografi, paling tidak akan menjauhkan dari praktek yang salah dengan tindakan asal jepret. Berikut istilah dasar dalam fotografi yang wajib dipahami sebelum dan sesudah memiliki kamera digital baik saku maupun SLR.



Istilah Dasar Fotografi

1. Bukaan, Diafragma atau Aperture

Pernah dengan istilah Bukaan, Diafragma, Aperture ? berita buruk jika anda belum pernah mendengar tetapi anda sudah memegang kamera digital. Istilah fotografi ini biasa disebut bukaan lensa, berfungsi untuk menangkap intensitas cahaya yang masuk kedalam kamera. Intinya semakin besar bukaan lensa akan semakin besar menangkap cahaya, hal ini berpengaruh pada ruang tajam gambar (DOF) atau biasa disebut dengan Depth Of Field. Baca artikel Memahami Definisi Aperture Secara Detail.

2. Speed (kecepatan)
Dari namanya, istilah fotografi speed sudah jelas berkaitan dengan kecepatan. Speed adalah kecepatan kamera saat menangkap sebuah gambar yang dikehendaki. Speed bisa dirubah sesuai kemauan kita dan kebutuhan objek yang akan kita foto. Semakin cepat speed yang diatur, semakin beku foto tersebut. Begitu juga sebaliknya, semakin lambat speed kamera yang diatur akan mengakibatkan gambar shake.

3. DOF (Depth Of Field)
Istilah fotografi DOF bisa diartikan sebagai ruang tajam pada sebuah hasil foto. Ruang tajam meliputi bagian yang focus dan blur. DOF ditentukan oleh faktor Bukaan, Diafragma atau Aperture di atas. Semakin besar diafragma, semakin sempit DOF/ruang tajam sebuah foto yang didapakan.

4. ISO
Tingkat sensitifitas cahaya tergantung pada ISO. Semakin besar angka pada ISO akan semakin sensitive dalam menangkap cahaya, namun efeknya akan timbul noise pada foto yang dihasilkan.

5. Mode Dial
Baik kamera digital SLR atau kamera saku, pasti sudah memiliki model dial. Baik dalam bentuk tombol ataupun panel putar. Mode dial standart biasa ada 5 macam mode dial sebuah kamera digital.

- Auto adalah pengaturan paling mudah dalam kamera, karena semua sudah diatur dan diprogram secara otomatis, pemakai kamare tinggal pencet shutter langsung jadi foto.

- Aperture Priority, kecepatan akan diatur secara otomatis kemudian untuk diafragma/bukaan kita atur sendiri sesuai kebutuhan.

- Speed Priority, sistem ini merupakan kebalikan dari Aperture Priority

- Program, semua telah diatur oleh kamera.

- Manual, dengan mode manual kita dapat bereksperimen mulai dari pengaturan WB, Speed dan sebagainya.

Tidak ada yang instan dalam hal belajar jika ingin menuai hasil maksimal. Dalam fotografi memahami sebuah teori dan mempraktekan akan membuat hasil foto anda akan semakin berkualitas. Semoga artikel tips memotret Istilah Dasar Fotografi Yang Wajib Dipahami ini bisa menjadi modal awal anda. Salam fotografi .. !

Sumber: http://tipsfotografi.net/

Tips Foto Makro Dengan Kamera Saku

Don't watch the clock; do what it does. Keep going. - Sam Levenson.

Belfot sudah beberapa kali membahas tips foto makro dengan menggunakan kamera DSLR (disini dan disini), tapi jika anda belum memiliki kamera DSLR jangan berkecil hati. Kamera saku juga mampu menghasilkan foto makro (close – up).
Meskipun hasilnya tidak akan sedahsyat jika memggunakan kamera DSLR plus lensa makro (ingat tentang rasio 1:1?), anda tetap bisa memotret dan menghasilkan foto makro yang indah hanya dengan menggunakan kamera saku. Anda bisa lihat foto-foto yang ada di artikel ini, semua dihasilkan dengan kamera saku.
Pengen tahu tips-nya? silahkan:

Gunakan Mode Makro


Pilih mode ini jika anda ingin memaksimalkan fitur makro yang sudah di setel oleh produsen kamera saku. Mode makro biasanya disimbolkan dengan ikon bunga di kamera anda. Jika anda memilih mode ini, anda memberitahu kamera bahwa anda ingin memotret dengan jarak fokus yang lebih dekat dibanding biasanya (jarak fokus terdekat biasanya berbeda dari kamera satu ke kamera lainnya). Mode makro juga berarti kamera akan memilih aperture yang besar, sehingga obyek dalam fokus akan tajam sementara background-nya sedikit kabur.

Gunakan Tripod





Meskipun anda hanya menggunakan kamera saku, tripod sangat membantu ketajaman foto makro anda. Selain mengurangi goyangan kamera, tripod juga membantu anda dalam membangun komposisi dan sudut pemotretan yang lebih oke.

Setting Aperture

Jika kamera saku anda memiliki fitur untuk mengubah setting aperture saat dalam mode makro, bereksperimenlah dengan mengubah besaran aperture – f/x. Pilih angka x yang besar jika anda ingin bidang fokus yang luas (semua tampak fokus), atau pilih x yang kecil jika anda hanya ingin bidang fokus yang sempit (sehingga area diluar titik fokus tampak kabur). Mulailah dari angka yang aman, coba gunakan f/4 atau f/5.6 sebagai permulaan.
Tone on tone

Fokus

Jika kamera memungkinkan, gunakan setting manual focus, sehingga anda lebih leluasa menentukan dimana titik yang ingin anda anggap sebagai titik fokus. Biasanya dalam mode makro, settingan fokus manual akan jauh lebih mudah dilakukan dibanding auto. Contohnya saat memotret bunga, kita akan bisa memastikan titik fokus jatuh di kelopak bunga dan tidak di tangkainya.

Komposisi
Baca lagi tips tentang komposisi atau paling tidak ketahui tentang teori rules of third. Gunakan background yang simpel dan tidak terlalu sibuk sehingga foto akhir nanti akan lebih enak dilihat.

Lighting

jambalaya

Menggunakan flash di kamera saku justru akan menghasilkan foto yang tidak terlalu bagus. Matikan flash dan manfaatkan cahaya matahari tidak langsung, misalnya cahaya dari jendela atau saat mendung. Cahaya matahari langsung akan terlalu keras untuk kamera anda. Anda juga bisa memanfaatkan reflektor sederhana misalnya kertas putih, styrofoam atau alumunium foil untuk menerangi obyek yang terlalu gelap.

Gunakan Timer Kamera

Manfaatkan timer yang ada di kamera saku anda sehingga gambar yang dihasilkan jauh lebih tajam. Saat jari memencet tombol shutter di kamera, maka goyangan kamera akan membuat foto anda tidak tajam, untuk itulah timer akan sangat berguna karena kita bisa mengaktifkan kamera tanpa harus memencet tombol shutter. Anda membutuhkan tripod supaya lebih enak dalam memanfaatkan timer.

Baca Juga:
Sumber: http://belajarfotografi.com/