blitz atau flash diterjemahkan secara bebas menjadi lampu kilat. Ini
merupakan satu asesori yang sangat luas dipakai dalam dunia fotografi.
Fungsi utamanya adalah untuk meng-illuminate (mencahayai/menerangi)
obyek yang kekurangan cahaya agar terekspos dengan baik. Tetapi
belakangan penggunaannya mulai meluas untuk menghasilkan foto-foto
artistik. Artikel ini akan membahas dasar-dasar pengetahuan yang
diperlukan untuk menggunakan flash dengan benar.
Menggunakan lampu kilat bukan hanya sekedar menyalakan flash,
mengarahkan kamera kemudian klik dan jadilah satu foto yang terang,
tetapi ada hal-hal yang perlu kita ketahui demi mendapat karya fotografi
yang baik.
Blitz dan GN (Guide Number)
Untuk membagi/mengklasifikasikan blitz, ada beberapa klasifikasi yang
dapat digunakan. Yang pertama, berdasarkan ketersediaan dalam kamera
maka blitz dibagi menjadi built-in flash dan eksternal. flash built-in
berasal dari kameranya sendiri sedangkan blitz eksternal adalah blitz
tambahan yang disambung menggunakan kabel atau hot shoe ke kamera.
Selain itu, kita juga dapat membaginya berdasarkan tipe/merk kamera.
Kita mengenal dedicated flash dan non-dedicated flash. Dedicated
flash adalah flash yang dibuat khusus untuk menggunakan fitur-fitur
tertentu dalam suatu kamera spesifik. Biasanya produsen kamera
mengeluarkan blitz yang spesifik juga untuk jajaran kameranya dan dapat
menggunakan fitur-fitur seperti TTL, slow sync atau rear sync, dll.
Sedangkan blitz non-dedicated memiliki fungsi-fungsi umum saja dari
kebanyakan kamera dan bisa digunakan terlepas dari tipe/merk kamera.
flash jenis inilah yang biasanya membutuhkan banyak perhitungan karena
flash yang sudah dedicated sudah mendapat informasi pencahayaan dari
kamera sehingga tidak membutuhkan setting tambahan lagi.
Ada juga flash yang kekuatan outputnya (GN) bisa diatur dan ada juga
yang tidak bisa (fixed GN). Kita akan cenderung lebih banyak
membicarakan tentang flash yang non-dedicated, non-TTL, dan fixed GN.
Dalam fotografi menggunakan blitz, kita tidak akan lepas dari
kalkulasi-kalkulasi yang berkaitan dengan intensitas cahaya yang
terefleksi balik dari obyek yang kita cahayai. Karena itu, kita akan
berjumpa dengan apa yang sering disebut GN (Guide Number) atau kekuatan
flash. Secara singkat kita dapat katakan kalau flashnya berkekuatan
besar, maka akan dapat mencahayai satu obyek dengan lebih terang dan
bisa menjangkau obyek yang lebih jauh.
GN pada dasarnya merupakan perhitungan sederhana kekuatan flash. Kita
mengenal 2 macam penulisan GN yaitu dengan menggunakan perhitungan
satuan yang berbeda yaitu m (meter) dan feet (kaki). Lazimnya di
Indonesia kita menggunakan hitungan dengan m. Ini merupakan salah satu
pertimbangan juga karena untuk flash dengan kekuatan sama, angka GN m
dan feet berbeda jauh. Selain itu, umumnya GN ditulis untuk pemakaian
film dengan ISO/ASA 100 dan sudut lebar (35mm/24mm/20mm).
GN merupakan hasil kali antara jarak dengan bukaan (f/ stop atau
aperture) pada kondisi tertentu (ISO/ASA 100/35mm/m atau ISO/ASA
100/35mm/feet). Sebagai contoh, jika kita ingin menggunakan flash untuk
memotret seseorang yang berdiri pada jarak 5m dari kita menggunakan
lensa 35mm dan kita ingin menggunakan f/2.8 maka kita memerlukan flash
ber-GN 14. Penghitungan yang biasa digunakan biasanya justru mencari
aperture tepat untuk blitz tertentu. Misalnya, dengan blitz GN 28 maka
untuk memotret obyek berjarak 5m tersebut kita akan menggunakan f/5.6.
GN ini hanya merupakan suatu panduan bagi fotografer. Bukan harga
mati. Yang mempengaruhinya ada beberapa. Salah satunya adalah ISO/ASA
yang digunakan. Setiap peningkatan 1 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan
GN bertambah sebesar sqrt(2) atau sekitar 1,4 kali (atau jarak terjauh
dikali 1.4) dan peningkatan 2 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN
bertambah 2 kali (atau jarak terjauh dikali 2).
Indoor flash
blitz sering bahkan hampir selalu digunakan di dalam ruangan.
Alasannya karena di dalam ruangan biasanya penerangan lampu agak kurang
terang untuk menghasilkan foto yang bisa dilihat. Memang, ada teknik
menggunakan slow shutter speed untuk menangkap cahaya lebih banyak, tapi
biasanya hal ini menyebabkan gambar yang agak blur karena goyangan
tangan kameraman maupun gerakan dari orang yang ingin kita foto. Karena
itu, biasanya kita menggunakan blitz.
Penggunaannya biasanya sederhana. Kita bisa setting kamera digital di
auto dan membiarkannya melakukan tugasnya atau bisa juga kita melakukan
setting sendiri menggunakan perhitungan yang sudah dilakukan di atas.
Tidak sulit. Hanya saja, ada beberapa hal perlu kita perhatikan agar
mendapatkan hasil maksimal.
1. Jangan memotret obyek yang terlalu dekat dengan blitz yang
dihadapkan tegak lurus. Ambil contoh dengan blitz GN 20 yang menurut
saya cukup memadai sebagai blitz eksternal bagi kamera digital dalam
pemotretan indoor dalam ruangan (bukan aula). Jika kita ingin memotret
sebutlah orang pada jarak 2 meter dengan ISO/ASA 200 maka kita
membutuhkan f/16 yang tidak tersedia pada sebagian besar PDC dan akan
menghasilkan gambar yang over. Karena itu, untuk PDC/DSLR biasanya sudah
terdapat flash built-in yang TTL dan memiliki GN agak kecil (8-12 pada
sebagian PDC, 12-14 pada DSLR). Gunakan itu daripada flash eksternal
untuk obyek yang agak dekat.
2. Kombinasikan flash dengan slow shutter speed untuk mendapatkan
obyek utama tercahayai dengan baik dan latar belakang yang memiliki
sumber cahaya juga tertangkap dengan baik. Ini adalah suatu teknik yang
patut dicoba dan seringkali menghasilkan gambar yang indah. Jangan takut
menggunakan speed rendah karena obyek yang sudah dikenai flash akan
terekam beku (freeze).
3. Bila ruangan agak gelap, waspadai terjadinya efek mata merah/red
eye effect. Efek mata merah ini terjadi karena pupil mata yang membesar
untuk membiasakan diri dengan cahaya yang agak gelap tetapi tiba-tiba
dikejutkan cahaya yang sangat terang dari flash. Jika kamera dan/atau
flash terdapat fasilitas pre-flash/red eye reduction, gunakan hal ini.
Jika tidak, akali dengan mengubah sudut datangnya cahaya flash agar
tidak langsung mengenai mata.
4. Dalam ruangan pun ada sumber cahaya yang kuat seperti spotlight.
Hindari memotret dengan menghadap langsung ke sumber cahaya kuat
tersebut kecuali ingin mendapatkan siluet yang tidak sempurna
(kompensasi under 1 – 2 stop untuk siluet yang baik). Dalam kondisi
demikian, gunakan flash untuk fill in/menerangi obyek yang ingin
dipotret tersebut.
Bounce/Diffuse
flash adalah sumber cahaya yang sangat kuat. Selain itu, flash adalah
cahaya yang bersumber dari sumber cahaya yang kecil (sempit).
Karenanya, bila cahaya ini dihadapkan langsung pada suatu obyek akan
menyebabkan penerangan yang kasar (harsh). Dalam sebagian besar foto
dokumentasi konsumsi pribadi dimana petugas dokumentasi menggunakan
kamera point & shoot (film/digital) ini bisa diterima. Tetapi dalam
tingkat yang lebih tinggi dimana hasil foto ini akan menjadi konsumsi
umum, alur keras cahaya akan memberi efek yang kurang sedap dipandang.
Ditambah lagi biasanya ini akan menyebabkan cahaya flash memutihkan
benda yang sudah agak putih dan menyebabkan detail-detail tertentu
lenyap.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal ini dalam artian melunakkan cahaya tersebut:
1. Memperluas bidang datang cahaya yaitu dengan memantulkannya ke bidang lain (bounce).
2. Menyebarkan cahaya yang datang dari sumber kecil tersebut sehingga meluas (diffuse).
Bounce flash dilakukan dengan cara memantulkan flash ke satu bidang
yang luas sehingga cahaya datang dalam sudut yang lebih luas. Kita bisa
menggunakan langit-langit atau dinding yang ada dalam ruangan. Jika
flash eksternal yang terpasang pada kamera digital terhubung melalui hot
shoe, maka flash tersebut harus memiliki fasilitas tilt untuk
memantulkan cahayanya. Jika terpasang melalui kabel synchro, maka kita
bisa memasang flash pada bracket dengan posisi sedikit menghadap ke
atas/samping atau memegangnya dengan posisi demikian.
Posisi memantulkan yang tepat agar cahaya jatuh tepat pada obyek
adalah dengan menghadapkan flash tersebut pada langit-langit di tengah
fotografer/flash dan obyek.
Beberapa hal perlu kita perhatikan dalam memanfaatkan bounce flash ini adalah:
1. Jarak untuk menghitung f/stop berubah bukan menjadi jarak kamera
dan obyek tetapi berubah menjadi jarak yang dilalui oleh cahaya flash
tersebut. Normalnya pada sudut tilt 45° kita akan melebarkan aperture 1
stop dan pada sudut tilt 90° kita melebarkan aperture sebesar 2 stop.
Tentunya ini hanya panduan ringkas. Pada pelaksanaan tergantung teknis
di lapangan.
2. Berkaitan dengan no. 1 di atas, maka jarak langit-langit/dinding tidak boleh terlalu jauh atau akan jadi percuma.
3. Gunakan selalu bidang pantul berwarna putih dan tidak gelap. Warna
selain putih akan menyebabkan foto terkontaminasi warna tersebut
sedangkan warna gelap akan menyerap cahaya flash tersebut.
4. Perhatikan bisa terjadi kemunculan bayangan pada sisi lain cahaya.
Misalnya jika kita memantulkan ke langit-langit maka kita akan
mendapatkan bayangan di bawah hidung atau dagu dan jika kita memantulkan
ke dinding di kiri maka akan ada bayangan di sebelah kanan. Untuk
mengatasinya kita dapat menyelipkan sebuah bounce card di bagian depan
flash tersebut sehingga ketika kita memantulkan cahaya ke atas/samping
kita tetap memiliki cahaya yang tidak terlalu kuat yang mengarah ke
depan dan menetralisir bayangan yang muncul.
Untuk mengambil foto secara vertical, akan mudah kalau kita
menggunakan koneksi kabel karena kita dapat dengan mudah menghadapkan
flash ke atas jika menggunakan bracket atau dipegang. Tetapi jika
koneksi kita adalah hot shoe maka pastikan flash kita memiliki fasilitas
swivel head sehingga dapat kita putar menghadap ke atas. Lebih bagus
lagi jika kita memiliki flash yang dapat di-tilt dan swivel. Ini akan
mengakomodasi sebagian besar kebutuhan kita.
Cara lain melunakkan cahaya adalah dengan memperluas dispersinya.
Caranya gunakan flash diffuser. flash diffuser akan menyebarkan cahaya
yang keluar dari flash ke segala arah sehingga cahaya yang keluar tidak
keras. Umumnya tersedia diffuser khusus untuk flash tertentu mengingat
head flash berbeda-beda. Dapat juga kita membuat sendiri diffuser untuk
flash kita menggunakan bermacam-macam alat.
Ketika kita menggunakan diffuser, sebenarnya kita menghalangi area
tertentu dari arah cahaya flash dan membelokkannya ke tempat lain. Ini
mengurangi kekuatan flash yang kita gunakan tersebut. Jika diffuser yang
kita gunakan adalah hasil beli, maka kita dapat membaca berapa
kompensasi aperture yang kita perlukan ketika menghitung eksposur.
Biasanya terdapat pada kotak atau kertas manual. Jika kita memutuskan
membuat sendiri, maka kita bisa melakukan eksperimen berkali-kali agar
mendapatkan angka yang pas untuk kompensasi yang diperlukan kali
lainnya.
Outdoor flash
Sekilas jika kita berpikir tentang penggunaan flash, maka kita akan
tahu kalau itu berlaku untuk suasana pemotretan yang kekurangan cahaya.
Karenanya, kita umumnya tidak memikirkan tentang perlunya penggunaan
flash pada pemotretan luar ruangan (siang hari, of course) karena sinar
matahari sudah sangat terang. Di sinilah kesalahan kita dimulai. flash
sangat dibutuhkan pada pemotretan outdoor, terutama pada:
- Kondisi obyek membelakangi matahari. Pada kondisi seperti ini, meter kamera akan mengira suasana sudah cukup terang sehingga akan menyebabkan obyek yang difoto tersebut gelap/under karena cahaya kuat tersebut percuma karena tidak direfleksikan oleh obyek. Cara mengakalinya adalah dengan melakukan fill in pada obyek sehingga walaupun latar sangat terang tetapi obyek tetap mendapat cahaya.
- Matahari berada di atas langit. Ini akan mengakibatkan muncul bayangan pada bawah hidung dan dagu. Gunakan flash untuk menghilangkannya. Untuk melembutkan cahayanya gunakan bounce card atau diffuser.
- Obyek berada pada open shade (bayangan). flash digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang sama pada keseluruhan obyek karena bayangan akan membuat gradasi gelap yang berbeda-beda pada bagian-bagian obyek apalagi wajah manusia.
- Langit sangat biru dan menggoda. Jika kita tidak tergoda oleh birunya langit dan rela mendapat foto langit putih ketika memotret outdoor maka silahkan lakukan metering pada obyek tanpa menggunakan flash atau dengan flash. Jika kita rela obyek kekurangan cahaya asalkan langit biru silahkan lakukan metering pada langit. Nah, jika kita ingin langit tetap biru sekaligus obyek tercahayai dengan baik, gunakan metering pada langit dan fill flash pada obyek. Ini akan menghasilkan perpaduan yang tepat dan pas.
- Langit mendung. Ketika langit mendung, jangan segan-segan gunakan flash karena efek yang ditimbulkan awan mendung akan sama seperti jika kita berada di bawah bayangan.
Ada beberapa teknik pengunaan lampu kilat yaitu bounce flash, diffuse flash, direct flash, off camera flash. :
Teknik bounce flash (pantul)
Teknik bounce flash (pantul)
Tujuan mengunakan teknik ini adalah untuk memantulkan cahaya dari
flash ke permukaan yang lebih besar seperti langit-langit atau dinding.
Dengan memantulkan cahaya dari flash, maka cahaya ruangan yang ada
menjadi lebih merata dan halus. Teknik ini baik digunakan di dalam
ruangan dengan langit-langit yang tidak terlalu tinggi.
Teknik Diffuse Light (menyebarkan cahaya)
Tujuannya sama dengan bounce yaitu membuat cahaya lebih merata dan
halus. Teknik ini bisa dicapai dengan mengunakan aksesori seperti Gari
Fong lightsphere atau stofen omnibounce. Dengan salah satu aksesori ini,
kita bisa menyebarkan cahaya ke seluruh arah. Teknik ini baik digunakan
di dalam ruangan yang relatif kecil.
Teknik Direct Flash (langsung)
Cara mengunakan teknik ini adalah dengan mengarahkan flash langsung
ke subjek. Biasanya hasil dari direct flash cukup kasar, maka dari itu
sering dihindari. Tapi kalau kita tidak bisa melakukan teknik bounce
atau diffuse karena keterbatasan lingkungan, maka teknik ini bisa
dilakukan.
Teknik Off Camera Flash
Tujuan teknik ini adalah untuk menghasilkan cahaya yang tearah pada
suatu subjek. Misalnya dalam potret manusia, mengunakan teknik ini
dengan benar dapat menghasilkan foto objek seperti tiga dimensi. Untuk
mengunakan teknik ini, diperlukan penghubung antara kamera dan lampu
kilat. Alat penghubung antara lain seperti kabel sinkronisasi (cable
sync flash), atau wireless trigger (alat pemantik nirkabel). Dengan
adanya alat penghubung, kamera bisa mengatur satu lampu kilat ataupun
beberapa lampu kilat yang disusun dalam beberapa kelompok. Ada beberapa
kamera digital SLR tingkat menengah seperti Nikon D90 dan Olympus E-620
memiliki wireless trigger built-in sehingga tidak memerlukan alat
penghubung tambahan. Tapi biasanya, fitur ini ada kelemahannya seperti
jangkauan yang pendek dan tidak terlalu bisa diandalkan di setiap
situasi.
Source – WebSumber: http://maribelajarfoto.wordpress.com/2012/11/15/teknik-fotografi-blitzflash-light/