Tampilkan postingan dengan label Gunung Ciremai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gunung Ciremai. Tampilkan semua postingan

Jumat, 18 Desember 2015

Hamparan Lahan Berbatu di Gunung Ciremai Ditanami Pohon

Hamparan Lahan Berbatu di Gunung Ciremai Ditanami Pohon

JAWA BARAT
Hamparan Lahan Berbatu di Gunung Ciremai Ditanami Pohon
NURYAMAN/PRLM
DIREKTUR Japan International Cooperation System Nobuhiku Kawakami menanam bibit pohon lame, disaksikan Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai Padmo Wiyoso (menunjuk), pada bagian lahan padat batuan dan pasir minim tanah di bagian bawah lereng Gunung Ciremai, Blok Pajaten, sekitar Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Kamis (17/12/2015). Lembaga dari negara Jeoang itu, telah mengikat kerjasama dengan Pemerintah Jeoang dan Indonesia untuk menlakukan penhijauan lahan di tuga taman nasional di negara Indonesia, termasuk di antaranya di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Ciremai.*
KUNINGAN, (PRLM).-Sekitar 60 Hektare hamparan lahan berbatu minim tanah di lereng bagian bawah Gunung Ciremai, Blok Pajaten, sekitar Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, mulai Desember 2015 secara bertahap akan dihijaukan dengan ditanami aneka jenis pohon. Penghijauan lahan dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai itu, dilakukan lembaga Japan International Cooperation System dari negara Jepang bekerjasama langsung dengan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai.
Penanaman tahap pertama lahan tersebut mulai dilakukan Kamis (17/12/2015) dengan menanam sekitar 500 bibit pohon pada areal lahan seluas lebih kurang 27 Ha, melibatkan masyarakat sekitar serta puluhan murid SMPN 1 dan MTs Pasawahan. Diawali dengan ditanamnya sebatang bibit pohon Lame (alstonia scholaris) oleh Direktur JICS Nobuhiku Kawakami, disusul Kepala BTNGC Padmo Wiyoso, sejumlah pejabat, serta puluhan tamu undangan.
Nobuhiku Kawakami menyebutkan, JICS telah bekerjasama dengan Pemerintah Jepang dan Pemerintah Indonesia untuk melakukan penghijauan lahan di tiga taman nasional di Indonesia. Terdiriatas di Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat, Taman Nasional Manuke Tanah Baru di Sumatera Barat, dan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur.
"Areal yang ditanami pohon oleh JICS di TNGC ini hanya 60 hektare, tapi saya yakin lahan hutan di Pajaten ini akan menjadi hutan yang bagus sekali. Untuk suksesnya program ini, kami mohon dukungan dari bapak ibu sekalian sehingga kawasan hutan ini dapat menjadi hutan yang indah dan bermanfaat. Dan, tempat ini diharapkan menjadi tempat pembelajaran bagi kita semua terutama untuk praktik lapangan anak-anak sekolah," kata Nobuhiku.
Kepala BTNGC Padmo Wiyoso menambahkan, penanaman berikut pemeliharan bibit pohon oleh pihak JICS pada lahan seluas 60 Ha itu akan dilakukan secara bertahap dalam batas waktu kerjasama selama tahun ke depan. Padmo Wiyoso menyatakan, penanaman dan pemeliharaan bibit pohon dari JICS di lokasi tersebut melibatkan langsung kelompok masyarakat desa sekitar.
Teramati "PR" lahan sasaran penghijauan JICS itu, sebagian besar dipenuhi tumpukkan batu minim tanah ditumbuhi semak belukar minim tegakan pohon dan termasuk area yang sering terbakar pada musim kemarau.(Nuryaman/A-108)***

Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2015/12/17/354060/hamparan-lahan-berbatu-di-gunung-ciremai-ditanami-pohon

Kamis, 08 Mei 2014

Tolak Chevron, Ratusan Massa Gempur Geruduk Pendopo Kuningan


Kuningan News – Gerakan Massa Pejuang Untuk Rakyat (GEMPUR) kembali berdemonstrasi. Kali ini, ratusan massa Gempur yang mayoritas merupakan para petani itu menggeruduk kantor Setda Kabupaten Kuningan, Rabu (7/5/2014).
Seperti biasanya, mereka menyuarakan aksi menolak masuknya PT Jasa Daya Chevron ke wilayah Gunung Ciremai. Mereka tidak ingin potensi Geothermal Gunung Ciremai dieksploitasi.
Koordinator Lapangan, Oki Satrio (OS) mengatakan, Gempur akan tetap di garda terdepan menolak kedatangan Chevron ke Kuningan. Selain itu, pihaknya meminta kepada Pemda agar mengukuhkan kawasan Gunung Ciremai sebagai hutan lindung dengan memperluas tata kelola rakyat pada lingkungan dan sumber daya kehidupannya.
Pemda harus membuat pernyataan penolakan Chevron untuk masuk ke Kuningan secara tertulis.”teriaknya dalam orasi.
Dikatakan Oki, banyak ancaman kerusakan lingkungan hidup atas jika proyek Geothermal benar-benar dijalankan. Diantaranya adalah terganggunya stabilitas tanah sehingga bisa menimbulkan bahaya erosi dan amblesan, menyusut dan menurunnya kualitas sumber mata air tanah maupun sungai-sungai disekitar area proyek Geothermal.
“Pengeboran Geothermal juga akan memunculkan gempa minor dalam proses kerjanya sehingga kemungkinan memicu gempa tektonik di Gunung Ciremai,”katanya.
Setelah cukup lama berorasi, massa Gempur akhirnya ditemui oleh Sekda Kabupaten Kuningan, Yosef Setiawan M.Si. Sekda langsung menanggapi tuntutan para demonstran.
Kami sampai saat ini akan meneliti dulu untung-ruginya kedatangan Chevron itu. Kalau lebih banyak ruginya sudah pasti kami pun sama dengan bapak-ibu semua pasti menolak Chevron ke Kuningan,”tutur Sekda di depan para demonstran.
Setelah selesai mendengar penyampaian dari Sekda, massa aksi langsung membubarkan diri. Namun, sebagian demonstran masih ada yang merasa tidak puas dengan jawaban-jawaban Sekda.
Salah satunya adalah, Subardi dari Desa Sukamukti yang terlihat begitu marah karena demonstrasi yang dilakukan terasa sia-sia. Sebab, keinginannya yaitu Pemda langsung menandatangani surat penolakan Chevron tidak terlaksana.
Kuduna mah berjuang sampe beres, hayangnamah Sekda teh wani ngomong nolak ka Chevron teh, eh ieu mah malah ngomoingkeun untung rugi, terus deui warga nu lain malah balubar, demo ieu sia-sia pisan,”katanya sambil menendangi kardus air mineral.(zie)