Tampilkan postingan dengan label Cara Menghitung Nilai Resitor. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cara Menghitung Nilai Resitor. Tampilkan semua postingan

Selasa, 31 Mei 2022

Cara Membaca dan Menghitung Nilai Kapasitor berdasarkan Kode Angka

Cara Membaca dan Menghitung Nilai Kapasitor berdasarkan Kode Angka

Membaca dan Menghitung Nilai Kapasitor berdasarkan Kode Angka – Kapasitor atau disebut juga dengan Kondensator adalah merupakan salah satu Komponen Elektronika Pasif yang paling banyak digunakan dalam rangkaian peralatan elektronika. Fungsi Kapasitor yang dapat menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara membuatnya menjadi Komponen Elektronika yang penting.

Satuan Kapasitansi Kapasitor adalah Farad, tetapi Farad merupakan satuan yang besar untuk sebuah Kapasitor yang umum dipakai oleh Peralatan Elektronik. Oleh Karena itu, Satuan-satuan yang merupakan turunan dari Farad menjadi pilihan utama produsen dalam memproduksi sebuah Kapasitor agar dapat digunakan oleh peralatan Elektronika. Satuan-satuan tersebut diantaranya adalah : Micro Farad (µF), Nano Farad (nF) dan Piko Farad (pF ).

Berikut ini adalah ukuran turunan Farad yang umum digunakan dalam menentukan Nilai Kapasitansi sebuah Kapasitor :

1 Farad        = 1.000.000µF (mikro Farad)
1µF                = 1.000nF (nano Farad)
1µF                = 1.000.000pF (piko Farad)
1nF                = 1.000pF (piko Farad)

Cara Membaca Nilai Kapasitor Elektrolit (ELCO)

Untuk Kapasitor Elektrolit atau ELCO, nilai Kapasitansinya telah tertera di label badannya dengan jelas. Jadi sangat mudah untuk menentukan nilainya. Contoh 100µF 16V, 470µF 10V, 1000µF 6.3V ataupun 3300µF 16V. Untuk lebih Jelas silakan lihat gambar dibawah ini :

Nilai Kapasitor pada gambar diatas adalah 3300µF  (baca : 3300 Micro Farad)

Hal yang perlu diingat adalah Kapasitor Elektrolit (ELCO) merupakan jenis Kapasitor yang memiliki Polaritas (+) dan (-) sehingga perlu hati-hati dalam pemasangannya. Seperti Gambar diatas, di badan Kapasitor juga terdapat tanda yang menunjukkan Polaritas arah Negatif (-) dari sebuah Kapasitor Elektrolit. Disamping itu, daya tahan Panas Kapasitor juga tertulis dengan jelas di label badannya. Contohnya 85°C dan 105°C.

Cara Membaca Nilai Kapasitor Elektrolit

Cara Membaca Nilai Kapasitor Keramik, Kapasitor Kertas dan Kapasitor non-Polaritas lainnya

Untuk Kapasitor Keramik, Kapasitor Kertas, Kapasitor Mika, Kapasitor Polyester atau Kapasitor Non-Polaritas lainnya, pada umumnya dituliskan Kode Nilai dibadannya. Seperti 104J, 202M, 473K dan lain sebagainya. Maka kita perlu menghitungnya ke dalam nilai Kapasitansi Kapasitor yang sebenarnya.

Cara Membaca dan Menghitung Nilai Kapasitor berdasarkan Kode Angka Kapasitor

 

Contoh untuk membaca Nilai Kode untuk Kapasitor Keramik diatas dengan Tulisan Kode 473Z. Cara menghitung Nilai Kapasitor berdasarkan kode tersebut adalah sebagai berikut :

Kode : 473Z
Nilai Kapasitor = 47 x 103
Nilai Kapasitor = 47 x 1000
Nilai Kapasitor = 47.000pF atau 47nF atau 0,047µF

Huruf dibelakang angka menandakan Toleransi dari Nilai Kapasitor tersebut, Berikut adalah daftar Nilai Toleransinya :

B = 0.10pF
C = 0.25pF
D = 0.5pF
E = 0.5%
F = 1%
G= 2%
H = 3%
J = 5%
K = 10%
M = 20%
Z = + 80% dan -20%

473Z = 47,000pF +80% dan -20% atau berkisar antara 37.600 pF ~ 84.600 pF.
Jika di badan badan Kapasitor hanya bertuliskan 2 angka, Contohnya 47J maka perhitungannya adalah sebagai berikut :

Kode : 47J

Nilai Kapasitor = 47 x 100
Nilai Kapasitor = 47 x 1
Nilai Kapasitor = 47pF

Jadi Nilai Kapasitor yang berkode 47J adalah 47 pF ±5% yaitu berkisar antara 44,65pF ~ 49,35pF

Jika di badan Kapasitor tertera 222K maka nilai Kapasitor tersebut adalah :

Kode : 222K

Nilai Kapasitor = 22 x 102
Nilai Kapasitor = 22 x 100
Nilai Kapasitor = 2200pF

Toleransinya adalah 5% :
Nilai Kapasitor = 2200 – 10% = 1980pF
Nilai Kapasitor = 2200 + 10% = 2420pF

Jadi Nilai Kapasitor dengan Kode 222K adalah berkisar antara 1.980 pF ~ 2.420 pF.

Untuk Kapasitor Chip (Chip Capacitor) yang terbuat dari Keramik, nilai Kapasitansinya tidak dicetak di badan Kapasitor Chip-nya, maka diperlukan Label Kotaknya untuk mengetahui nilainya atau diukur dengan Capacitance Meter (LCR Meter atau Multimeter yang dapat mengukur Kapasitor).

Sumber: https://teknikelektronika.com/cara-membaca-menghitung-nilai-kapasitor-berdasarkan-kode-angka/

Selasa, 02 Februari 2021

Resistor : Pengertian, Fungsi, Jenis, Cara Menghitung dan Cara Merangkaikannya

 Pengertian Resistor

Pengertian Resistor

Resistor atau hambatan yaitu salah satu komponen elektronika yang punya nilai hambatan tertentu, dimana hambatan ini akan menghambat arus listrik yang mengalir melaluinya.

Sebuah resistor biasanya terbuat dari bahan campuran Carbon.

Tapi, gak sedikit juga resistor yang terbuat dari kawat nikrom, sebuah kawat yang punya resistansi yang cukup tinggi dan tahan pada arus kuat.

Contohnya, penggunaan kawat nikrom bisa dilihat pada elemen pemanas setrika. Kalo elemen pemanas tersebut dibuka, maka ada seutas kawat spiral yang biasa disebut dengan kawat nikrom.

Satuan Resistor yaiti Ohm (Ω) yang merupakan satuan SI buat Resistansi listrik.


 

Fungsi Resistor

Fungsi Resistor

Ada beberapa fungsi dari Resistor yang harus kamu ketahui, yaitu:

  • Fungsi resistor yaitu buat membatasi arus listrik yang mengalir.
  • Fungsi resistor buat aplikasi DC yang membutuhkan keakuratan yang sangat tinggi. Contoh, aplikasi penggunaan resistor ini yaitu DC Measuring equipment, dan reference gulators buat voltage regulator dan decoding Network.
  • Fungsi resistor sebagai standart didalam verifikasi keakuratan dari suatu alat ukur resistive.
  • Fungsi resistor buat pengatur tegangan output pada power supplay.
  • Fungsi resistor buat aplikasi power, karena membutuhkan frekuensi respon yang baik, daya yang tinggi dan nilai yang lebih besar dari pada power wirewound resistor.
  • Fungsi resistor pembagi tegangan.

 

Karakteristik Resistor

Karakteristik Resistor

Ada beberapa karakteristik utama pada sebuah resistor, yaitu sebagai berikut:

  • Resistanti terhadap daya listrik yang dapat boros
  • Koefisien suhu, desah listrik, dan induktansi.
  • Resistor bersifat resistif.
  • Terbuat dari bahan karbon.

 

Jenis – Jenis Resistor

Jenis - Jenis Resistor

Resistor pada saat ini terbagi menjadi 2 macam, yaitu resistor tetap (fixed resistor) dan resistor tidak tetap (variable resistor), yaitu:

 

1. Resistor Tetap (Fixed Resistor)

Resistor jenis ini punya nilai resistansi yang tetap dan permanen selama resistor tersebut dalam kondisi yang baik.

Resistor juga tetap punya ciri – ciri yang gak bisa berubah ubah kalo resistor tersebut gak rusak.

Resistor juga tetap terdiri dari beberapa jenis resistor yang dikelompokan berdasarkan bahan penyusun resistor tersebut.

Berikut, dibawah ini ada beberapa jenis resistor tetap (fixed resistor), diantaranya sebagai berikut:

 

a. Resistor Kawat

Resistor Kawat

Resistor ini adalah resistor pertama kali dibuat loh, tahu gak kamu nih.

Dulu, resistor ini dipakai dalam rangkaian yang masih memakai tabung hampa sebagai transistornya.

Dengan ukuran fisik yang cukup besar, dan juga bentuknya yang bervariasi pada masanya, resistor ini juga punya nilai hambatan yang cukup besar pula

Resistor Kawat juga bisa beroperasi pada arus kuat dan panas yang tinggi, jadi banyak ditemukan pada rangkaian elektronika bagian power.

Rating daya yang ada pada resistor kawat yang satu ini yaitu dibagi dalam beberapa ukuran, seperti 1 watt, 2 watt, 5 watt, dan 10 watt.

 

b. Resistor Batang Karbon

Resistor Batang Karbon

Resistor jenis batang karbon terhitung jenis resistor dulu yang sama seperti resistor kawat.

Resistor ini tersusun dari bahan karbon didalamnya dan ada kode – kode warna buat menandai besarnya hambatan dari resistor tersebut.

Resistor yang merupakan generasi awal ini, dalam penggunaanya saat ini udah sangat jarang sekali. jadi, kurang familiar buat para praktisi elektronika saat ini.

 

c. Resistor Keramik

Resistor Keramik

Sesuai dengan namanya, resistor ini tentu aja terbuat dari bahan keramik atau porselen, dengan lapisan kaca dibagian terluar.

Meskipun ukuranya cukup kecil, tapi resistansinya bervariasi, mulai dari kisaran puluhan ohm sampai kilo ohm, loh!

Dalam kemajuan Teknologi terutama pada bahan yang dibutuhkan sebagai komponen elektronika, resistor keramik ini kebanyakan dipakai pada gadget yang punya ukuran cukup kecil.

Coba aja buka perangkat ponsel yang kamu punya, pasti didalamnya akan menemukan resistor jenis ini. Resistor ini punya daya sebesar 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt.

 

d. Resistor Film Karbon

Resistor Film Karbon

Resistor film karbon yaitu sebuah perkembangan dari resistor batang karbon yang sebelumnya udah dijelaskan.

Resistor ini terbuat dari bahan karbon didalamnya dan diluarnya dilapisi dengan bahan pelindung berupa film. Pelindung ini berguna buat mencegah adanya pengaruh eksternal terhadap karakteristik dari resistor jenis ini.

Diluar atasnya ada gelang – gelag warna yang berguna sebagai indikator besarnya hambatan yang terkandung didalam resistor tersebut.

Mempunyai Rating daya sama dengan resistor keramik, tapi kalah dalam segi keefektifan ukuran komponen.

Jadi, lebih banyak resistor kramik yang dipakai buat peralatan elektronik, seperti Smartphone dari pada pakai Resistor Film Karbon yang ukurannya relatif lebih besar.

 

e. Resistor Film Metal

Resistor Film Metal

Bentuk fisiknya terlihat kalo resistor jenis film metal mirip seperti resistor jenis film karbon. Bedanya cuma pada warna dasarnya.

Tapi, sebenarnya kedua jenis resistor ini punya karakteristik yang beda. Buat resistor film metal punya katelitian tertinggi dibanding dengan resistor tetap jenis lain. Toleransinya, cuma berkisar antara 1 – 5%.

Resistor Film Metal punya resistensi yang lebih besar dibanding dengan Resistor Film Karbon.

Kalo pada Resistor Film Karbon cuma identik dengan 4 kode warna buat membacanya, tapi Resistor Film Metal ad 5 dan juga 6 kode warna.

Dalam aplikasinya, resistor film metal biasa dipakai pada perangkat elektronik yang memerlukan ketelitian tinggi, contohnya multimeter atau alat ukur lainnya.

 

2. Resistor Tidak Tetap (Variable Resistor)

Berlawanan dengan resistor tetap, resistor variabel ini bisa berubah nilai resistansinya sesuai pengaruh eksternal yang emang udah didesain demikian.

Pengin tau lebih jelasnya? Mari skuy simak!

 

a. Potensiometer

Potensiometer

Resistor gak tetap yang satu ini yaitu resistor yang bisa kamu atur besar resistansinya. Cara mengaturnya, cukup dengan memutar bagian tuas tengah potensiometer.

Resistor ini sering banget dipakai dalam rangkaian elektronika seperti rangkaian sensor cahaya, fm/am tuner, dan lain sebagainya.

Bagian dalam Potensiometer terbuat dari kawat berhambatan yang melingkar.

Tapi selain terbuat dari bahan kawat, ada juga potensiometer yang tersusun dari karbon, jadi ukurannya bisa diperkecil dan interval resistansi yang cukup besar.

Ada 2 jenis potensiometer yang bisa kamu temukan di toko – toko elektronik, yaitu:

  • Potensiometer jenis logaritmik
  • Potensiometer jenis linear.

 

b. LDR (Light Dependent Resistor)

LDR (Light Dependent Resistor)

Resistor ini yaitu jenis resistor variabel yang resistansinya bisa berubah seiring dengan intensitas cahaya yang mengenai permukaanya.

Dengan sifatnya ini, maka wajar kalo LDR biasa dipakai di lampu – lampu yang bisa mati dan hidup secara otomatis.

Contohnya, pada lampu – lampu jalan yang akan nyala pada malam hari atau pada saat wilayah sekitar gelap.

Resistansi LDR menurun saat terpapar cahaya dengan intensitas tinggi. Sebaliknya, semakin kecil intensitas cahaya yang mengenai permukaanya maka resistansi LDR akan semakin besar.

 

c. Trimpot

Trimpot

Bentuk dan cara kerja Resistor ini sebenarnya gak jauh berbeda dengan Resistor Potensiometer.

Tapi, supaya kamu bisa merubah nilai hambatanya gak cukup cuma memutar pakai tangan kosong ataupun menggesernya aja loh.

Diperlukan alat semacam obeng -/+ buat memutarnya, jadi nilai resistansinya berubah sesuai dengan yang kamu inginkan.

Resistor Trimpot ini sama seperti Resistor Potensiometer juga terdiri atas 2 jenis, yaitu trimpot logaritmik dan linear.

Resistor Trimpot ini juga mempunyai ciri khusus yang bentuk ukurannya lebih kecil dari Resistor Potensiometer.

 

d. Rheostat

Rheostat

Resistor Rheostat ini terbuat dari uliran kawat yang rapat dan berdiameter cukup besar,jadi ukuranya juga besar.

Resistor Rheostat ini sering sekali dipakai dalam laboratorium. Cara mengubah resistansinya cukup mudah, yaitu dengan menggeser kepala bagian atas dari rheostat.

 

e. NTC dan PTC

NTC dan PTC

Buat mengatur besar resistansinya kedua resistor ini dengan merubah temperature lingkungan sekitar.

Pada resistor NTC (negative temperature coefficient) resisntansi semakin kecil saat suhu lingkungan naik.

Nah, kalo buat PTC (positive temperature coefficient) berlaku sebaliknya, yaitu semakin tinggi suhu lingkungan semakin besar JUGa nilai resistansinya.


 

Warna Resistor

Warna Resistor

Kode warna resistor, nilai resistor atau tahanan biasanya bisa dilihat dari kode warna pada resistor tersebut.

Warna tersebut biasanya berupa gelang atau pita. Ada resistor yang punya 4 Pita warna, ada yang 5 pita warna dan ada yang 6 pita warna.

Nilai tahanan resistor ini biasanya dengan satuan Ohm. Berdasarkan kemampuan daya nya, resistor memiliki jenis 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, 2 watt, makin besar nilai watt nya makin besar ukuran resistor nya.

Warna – warna pada resistor udah jadi standar internasional, atau sering kamu dengar dengan istilah standart EIA ( Electronic Industries Alliance ). Jadi, di Negara manapun, nilai resistor sama, gak beda.

Coba lihat daftar kode warna di bawah ini:

KodeKode WarnaNilai
HHitam0
CoCoklat1
MeMerah2
OOrange3
KuKuning4
HiHijau5
RuBiru6
ViViolet/Ungu7
AAbu Abu8
TihPutih9
Emas
Perak
Tak Berwarna

 

Tabel Nilai Resistor

Tabel Nilai Resistor

Sebenarnya, cara menghitung nilai resistor gak sulit karena nilaki resistansi yang ada udah ditentukan dalam nilai resistansi tertentu.

Contohnya 10, 100, 120 dan seterusnya yang ditampilkan sebagai kode warna pada badan resistor, jadi buat kamu yang udah biasa dalam menghitung gelang resistor maka udah ketahuan berapa nilainya.

Ada beberapa seri nilai hambatan/resistansi resistor, nama seri tersebut menunjukkan banyak nilai resistansi.

Misalnya, buat seri E6 cuma ada 6 nilai resistor, sedangkan seri E12 yang saat ini banyak dipakai ada 12 nilai resistor.

  • Nilai resistor seri E6 (Toleransi 20%)
  • Nilai resistor seri E12 (Toleransi 10%)
  • Nilai resistor seri E24 (Toleransi 5% dan 1%)
  • Nilai resistor seri E48 (Toleransi 2%)
  • Nilai resistor seri E96 (Toleransi 1%)
  • Nilai resistor seri E192 (Toleransi 0.5%, 0.25% dan 0.1%)

Nah, tadi diatas kamu udah mengetahui tabel nilai resistor yang biasa/sering dipakai.

Berikut ada tabel yang menunjukkan nilai resistor yang umum aja yaitu seri E12 yang terdiri dari 12 kombinasi angka:

Nilai Resistor Seri E12

Kamu jangan beranggapan kalo nilai resistor diatas bersifat kaku, contohnya pada nilai 56, berarti bisa aja resistor punya nilai resistansi 5.6 Ohm, 56 Ohm, 560 Ohm bahkan sampai 5.6 Mega Ohm.


 

Cara Merangkai Resistor

Ada 2 cara buat merangkaikan sebuah Resistor, yaitu sebagai berikut.

1. Cara Serial

Rangkaian resistor secara serial akan mengakibatkan nilai resistansi total semakin besar.

Berikut, dibawah ini contoh resistor yang dirangkai secara serial.

Contoh Rangkaian Resistor Seri

Rumus rangkaian resistor serial:

Rtotal = R1 + R2 + R3

 

2. Cara Paralel

Sedangkan, rangkaian resistor secara paralel akan mengakibatkan nilai resistansi pengganti semakin kecil.

Dibawah ini ada contoh resistor yang dirangkai secara paralel.

Contoh Rangkaian Resistor Paralel

Rumus rangkaian resistor secara paralel:

1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3

Demikianlah beberapa pembahasan lengkap tentang Resistor, semoga bermanfaat!

Rudy Hermawan News

Sumber : https://cerdika.com/resistor/