Selasa, 23 September 2014

6 Generasi Toyota Kijang dari yang Tertua Hingga Sekarang

6 Generasi Toyota Kijang dari yang Tertua Hingga Sekarang

Otosia.com - Toyota Kijang merupakan salah satu varian yang begitu digemari oleh para keluarga Indonesia. Sosok yang menawarkan cita rasa luxury sebuah kendaraan roda empat ini sudah bertahun-tahun bertengger di Indonesia dan selalu saja menarik perhatian para pecinta otomotif Tanah Air.


Dalam sejarahnya, mulai dari debut pertama kali di Bumi Nusantara pada tahun 1977, Toyota Kijang sudah mengalami lika-liku dan regenerasi hingga lima kali. Tidak hanya dijual di Indonesia dengan nama 'Kijang' saja, ia juga dipasarkan untuk negara lain namun dengan padanan nama yang berbeda. Beberapa contoh negara yang menjadi tempat bertenggernya Toyota Kijang antara lain:
  • Malaysia dengan nama Unser (hanya untuk generasi ke-5)
  • Taiwan dengan nama Zace 
  • India, Nepal dan Filipina dengan nama Qualis
  • Afrika Selatan dengan nama Stallion dan Condor.
Namun, model asli dan merupakan cikal bakal dari Toyota Kijangsebenarnya ada di Filipina dan saat itu diberi nama Toyota 'Revo'.

Toyota Revo

Jika Anda mengenal yang namanya Toyota Kijang 'Kotak' atau mungkin Kijang Kapsul, itulah salah satu bagian dari sejarah Toyota Kijang di Indonesia. Ikuti ulasan selanjutnya.
(kpl/sdi)

1. Generasi Pertama (1977 - 1980) Kijang Kotak

977-1980

Kijang 'Kotak' yang selama ini ada di Indonesia merupakan varian yang lahir pertama di Indonesia. Prototype model tersebut awalnya diperkenalkan dalam acara Jakarta Fair tahun 1975 dan berlanjut pada tahap produksi di tahun 1977.
Nama Kijang 'Kotak' sendiri muncul karena sosoknya yang berbentuk boxy dan begitu sederhana. Selain 'Kotak' ia juga disebut-sebut sebagai Kijang 'Buaya' atau 'Bajul'. Ada juga sebagian orang yang menamakannya Kijang 'Doyok' hanya karena bentuk moncongnya. Seri pertama ini menggunakan mesin 1.2 liter 3K yang dikolaborasikan dengan 4 percepatan transmisi manual.


Ia pertama kali memasuki pasaran Indonesia pada 9 Juni 1977. Hingga perjalannya menempuh tahun 1981, varian ini berhasil dijual hingga 26.806 unit. Selanjutnya, pada tahun yang sama generasi baru yang merupakan seri kedua Kijang mulai diperkenalkan.

2. Generasi Kedua (1981 - 1985)
Model penyegaran Toyota Kijang bermodel 'Kotak' masih berlanjut untuk generasi selanjutnya dan hanya mendapatkan sedikit mengalami perubahan.
Mesin yang dipakai berganti menggunakan 1.3 liter 4K yang kemudian turut dikembangkan kembali pada tahun 1985 sehingga menjadi 1.5 liter 5K. Pada saat itu, hanya disediakan transmisi 4 percepatan manual.


Selain itu, pada generasi kedua ini ia juga sempat mendapatkan facelift atau perubahan wajah baru yang hanya sedikit transformasi pada frame grille dan headlights.

3. Generasi Ketiga (1986 - 1996)
Memasuki generasi ketiga, ia mulai diperkenalkan pada tahun 1986 dengan model short wheelbase (KF40 series) dan long wheelbase (KF50 series). Seri tersebut selanjutnya dijabarkan sebagai Standard Kijang dan Super Kijang.


Selain wheelbase, perbedaan keduanya terletak pada transmisi percepatan yang ia gunakan. Untuk versi Super Kijang memanfaatkan 5 percepatan manual, sedangkan versi Standard Kijang memakai transmisi 4 percepatan manual.


Selain itu, mulai dari generasi ketiga ini, Toyota sudah mulai mengembangkan sistem Full Pressed Body yang bekerja sama dengan beberapa perusahaan pilihan Toyota. Dari hasil kerjasama tersebut, lahirlah beberapa seri Toyota Kijang anyar dengan model-model bervariasi.
Beberapa nama dari olahan full-pressed body ini diantaranya:
  • Toyota Original Body
  • Standard (SX/KF42 & LX/KF52)
  • Deluxe (SSX/KF42 & LSX/KF52)
  • Grand Extra (SGX/KF42 & LGX, KF52)
  • Kijang Rover (SGX-based model, KF42)
  • Kijang Jantan (LGX-based model, KF52)
  • Kijang Kencana (KF42/KF52)

Pada tahun 1994, Toyota meluncurkan facelift keduanya yang cukup banyak mendapatkan banyak penyegaran. Beberapa elemen yang dirubah contohnya seperti grille baru, New Enkei 14 inchi yang dipasang pada kaki-kakinya, roda kemudi, tachometer bergaya deluxe rim dan penanaman mesin baru berkapasitas 1.8 liter (1.781 cc) berkode 7K-C OHV.


Pada Agustus 1995, menjadi momen bersejarah saat Toyota Kijang pertama kali meluncurkan varian matik yang dipasang untuk varian SGX/LGX. Peluncuran model ini bertepatan saat momen ulang tahun Toyota sehingga hanya dijual terbatas dan dihargai cukup mahal. Pada saat itu, mobil ini diketahui dibanderol hingga Rp 100 jutaan.

4. Generasi Keempat (1997 - 2004)
Model keempat menjadi masa-masa peralihan yang membuat tampilan Toyota Kijang semakin modern. Jika Anda pernah mendengar nama Kijang 'Kapsul', nama tersebut sebenarnya berasal dari generasi keempat ini.


Pada masa awal peluncurannya, telah disediakan beberapa tipe mesin yang dirinci sebagai berikut:
  • 7K-C, 1.781cc OHV inline-4, 80 hp / 132 Nm (1997-2000)
  • 7K-E, 1.781cc SOHC EFI inline-4, 87 hp / 140 Nm
  • 1RZ, 1.981cc SOHC EFI inline-4, 100 hp / 158 Nm
  • 2L, 2.381cc diesel inline-4, 84 hp / 160 Nm
Pada generasi keempat ini sudah disediakan mesin diesel yang cukup menarik banyak peminat para konsumen Indonesia. Diketahui juga saat itu bahwa mesin diesel tersebut sanggup memberikan keiritan BBM hingga 14 Km/liter dan sekaligus membuatnya bersaing dengan Isuzu Panther.
Secara detail, generasi keempat Toyota Kijang ini dibagi menjadi dua kelompok yakni long series dan short series. Dari dua grup tersebut kemudian dijabarkan secara detail melalui beberapa varian-varian yang ada di dalamnya sebagai berikut:
Long Series:
  • LX: Standard (tanpa AC, cassette dan tape player, power windows serta tachometer)
  • LSX: Standard Plus (disertai standard AC, cassette dan tape player serta tachometer)
  • LGX: Deluxe (disertai double blower AC, cassette tape/CD player, power windows dan garnish)
  • Krista: Deluxe Sport Edition (sama seperti LGX hanya saja lebih bervariasi untuk pilihan corak seperti biru, hitam, merah, silber dan hijau. Selain itu, seri ini pun juga sudah lengkap dengan aksesoris sporty plus penyegaran desain interior)

Short Series:
  • SX: Standard (tanpa AC, cassette tape player, power windows serta tachometer)
  • SSX: Standard Plus (disertai standard AC dan cassette tape player)
  • SGX: Deluxe (disertai doubleblower AC, cassette tape/CD player, power windows dan garnish)
Selain itu, juga sempat diluncurkan versi sporty bernama 'Rangga' yang rupanya tidak terlalu impresif di pasaran dan hanya terjual beberapa saja.
Pada tahun 2000, Kijang kembali mendapatkan sentuhan upgrade dengan ditanamkannya mesin baru 2.0 liter yang ditujukan pada seri LGX dan Krista
Menurut data dari wikipedia, generasi keempat ini juga sempat mengalami perubahan hingga tiga kali mulai tahun 1997 hingga 2005.

5. Generasi Kelima (akhir 2004 - sekarang)
Pada akhir 2004, Toyota melahirkan seri New Kijang yang juga disusul diperkenalkannya Avanza. Model inilah yang sekarang lebih dikenal sebagai Toyota Kijang Innova keluaran pertama.
MPV ini disediakan dengan tiga pilihan dapur pacu yakni 2.0 liter 1TR-FE VVT-i dan 2.7-liter 2TR-FE VVT-i berbahan bakar bensin serta 2.5 liter 2KD-FTV D4-D bertenaga diesel.


Untuk versi Indonesia, pihak Toyota sudah menyediakan varian J, E, G, V dan juga Luxury. Seri terakhir yang kini tengah menjadi andalan Toyota merupakan facelift dari Kijang Innova.


Perubahan wajah ini mulai dari tipe E, sedang tipe terbawah J masih menggunakan wajah model sebelumnya. Untuk sistem keselamatan dual SRS airbag pada model sebelumnya hanya terdapat pada tipe G dan V, tapi karena tipe J tidak mendapat wajah baru maka perubahan yang terjadi hanya dengan menambahkan sistem keselamatan dual SRS airbag.

6. Generasi Keenam (2016 - )
Sebagai tambahan informasi, bocoran-bocoran mengenai generasi Toyota Kijang Innova juga pernah ramai dibicarakan oleh awak media diperkirakan akan menjadi generasi ke-6. Model inilah yang diberi nama sebagai Toyota Kijang Innova Essential dan kemungkinan akan diluncurkan sekitar tahun 2016 mendatang.

Doc. Aditya (ITS) - Toyota Kijang Innova 2016

Selain itu, dari beberapa spyshot yang berhasil didapatkan dari sumber India, sempat didapatkan beberapa gambar ketika model baru tersebut sedang dilakukan testing. Hal ini sekaligus menjadi sinyal positif akan hadirnya sosok baru sebagai generasi terbaru nantinya.

Doc. Aditya (ITS) - Toyota Kijang Innova 2016



Sumber: http://www.otosia.com/berita/6-generasi-toyota-kijang-dari-yang-tertua-hingga-sekarang.html

Mobil Supercar Pertama Buatan Negara Filipina!

Mobil Supercar Pertama Buatan Negara Filipina!

Otosia.com - Ketika mengatakan tentang supercar, salah satu pikiran yang pasti terlintas adalah Italia yang memang tersohor dengan Lamborghini atau pun Ferrari. Tapi jangan salah, di Asia Tenggara kini sudah ada satu negara yang berhasil menciptakan supercar mereka sendiri.


Italia memiliki Lamborghini dan Ferrari, Swedia punya Koeniggsegg, Jerman menciptakan Porsche dan Mercedes-Benz, serta Inggris berhasil melahirkan Aston Martin. Arab baru-baru ini bahkan meluncurkan Lykan Hypersport. Sekarang giliran Filipina berhasil meluncurkan Factor Aurelio.


Model inilah yang kini dikembangkan di negara Filipina dan kini namanya menjadi lebih singkat menjadi Aurelio saja. Desain bawaannya memang terlihat unik dengan memanfaatkan kekuatan dapur pacu Honda B16A V-TEC. Tak hanya itu saja, Aurelio Automobile sebagai produsennya juga turut menanamkan performa Mitsubishi 4G63T turbocharged 2.0 liter untuk varian tertentunya.


Namun, masih belum ada informasi yang bisa dihimpun seberapa kuat performa lewat ditanamkannya dapur pacu tersebut. Hanya saja, kabar yang sempat beredar menunjukkan bahwa struktur bodinya didukung oleh campuran fiberglass dan plastik yang sebanding dengan kualitas serat karbon.


Sumber: http://www.otosia.com/berita/inilah-supercar-pertama-buatan-negara-filipina.html

Julukan Pada 13 Mobil Toyota di Indonesia

Julukan Pada 13 Mobil Toyota di Indonesia

Otosia.com - Masyarakat Indonesia memang masyarakat yang tergolong kreatif, salah satu bentuknya adalah bagaimana masyakakat kita memberikan julukan-julukan lucu dan unik pada mobil yang beredar di Indonesia.


Pada dasarnya setiap mobil sudah diberikan nama dan merk serta tipe-tipe tersendiri di setiap individunya, namun banyak orang Indonesia yang memberikan julukan yang lain supaya mudah diingat.
Julukan yang diberikan juga bukan asal julukan. Biasanya julukan yang diberikan merupakan representasi fisik, kebiasaan serta identiknya mobil tersebut tampil di depan umum, sehingga muncullah nama panggilan tersendiri bagi banyak orang.


Seperti pada mobil-mobil Toyota yang ada dalam daftar ini. Kebanyakan merupakan mobil-mobil klasik, namun julukan-julukan tersebut hingga saat ini masih melekat erat pada masing-masing produk Toyota ini. Mari disimak, Gan!
(kpl/fjr
1. Toyotya Crown Lele
Toyota Crown ini disebut lele memang bukan tanpa alasan, desain dari grille mobil ini membuat lampu depan terlihat cukup menonjol karena ukuran dan bulatnya. Selain itu, penampakan menggunakan konsep 'cove' membuat mobil ini terkesan seperti memiliki moncong ikan lele, maka jadilah mobil ini kemudian disebut 'Crown Lele'.




2. Toyota Crown Selendang
Disebut selendang sebenarnya bukan karena mobil ini diproduksi dengan performa melayang-layang seperti selendang saat dikendarai, tapi karena nat body mobil ini tidak saling bertemu di bagian tengah mobil. Sehingga bentuknya mirip 'selendang'. Meskipun tidak semua orang mengasumsikan hal yang sama.


3. Toyota Crown Jojon
Toyota Crown Jojon disebut demikian karena alasan yang cukup jelas, mobil ini merupakan mobil yang sering digunakan oleh alm. Jojon saat bermain film. Beliau bisa dilihat mengendarai mobil ini dalam film klasik yang legendaris berjudul 'Oke Boss'.



4. Toyota Crown Robot
Bentuk yang tegas, sedikit mengotak tapi terhitung mewah pada jaman keemasannya, serta tampilan headlight yang sedemikian, membuat mobil ini terkesan seperti sebuah robot, apalagi jika dilihat dari depan.


5. Toyota Crown Lexus
Toyota Crown dan Toyota Lexus merupakan dua mobil dengan 'grade' kualitas dan harga yang berbeda. Secara fasilitas, Toyota Lexus juga berbeda jauh berada di atas Toyota Crown karena Lexus merupakan salah satu varian termewahnya. Namun Crown Lexus muncul sebagai nama panggilan, karena desain dari Toyota Crown lama dipermak lebih jauh dan lebih halus lagi, sehingga ada sedikit kemiripan dengan Toyota Lexus.


6. Toyota Corona Pesek
Toyota Corona sempat keluar sebagai salah satu mobil mewah yang membuat orang-orang terpesona, jelas karena tampangnya yang elegan dan terlihat mahal. Toyota Corona Pesek disebut demikian karena desain hidung mobil ini dibuat rata, sehigga terkesan pesek.


7. Toyota Corona Hamid Arief
Satu lagi mobil Toyota yang panggilannya lebih identik karena sering dipakai seorang public figure daripada karena bentuknya. Toyota Corona Hamid Arief merupakan mobil yang memang sering dipakai alm. Hamid Arief, salah satu yang terkenal adalah saat beliau membintangi film 'Manusia 6 Juta Dollar' yang fenomenal bersama trio Warkop.

 
 

8. Toyota Corola Betawi (Corbet)
Toyota Corolla selain sempat menjadi primadona para kaum borjuis dan jutawan di Indonesia, mobil ini juga jadi salah satu yang paling terkenal di daerah DKI Jakarta pada masanya. Itulah kenapa mobil ini sempat disebut sebagai CorBet, atau Corolla Betawi, karena banyak digunakan oleh para juragan di DKI Jakarta.


9. Toyota Kijang Buaya
Mobil ini termasuk salah satu mobil niaga paling diandalkan. Bahkan di beberapa daerah Toyota Kijang ini masih jadi senjata untuk memuat banyak barang. 



Disebut buaya, karena saat kap mobil ini dibuka, ukuran mobil ini, kemudian ditambah dengan penampilan kap terbuka mengingatkan pada bentuk buaya yang sedang 'mangap', alias membuka mulutnya.


10. Toyota Kijang Doyok
Untuk Toyota yang satu ini, dipanggil Doyok bukanlah karena mobil ini sering dikendarai oleh Doyok. 



Tapi karena pada lembar komik bergambar dari harian Poskota, terdapat karakter yang diwakili oleh Doyok sebagai representasi rakyat kecil, itulah kenapa mobil ini dianggap dekat dengan rakyat kecil dan disebut Doyok.




11. Toyota Kijang Super
Toyota Kijang super, atau Toyota Kijang LGX merupakan salah satu pembaharuan yang signifikan pada jamannya. Disebut super juga bukan tanpa alasan. 



Pada masanya, Toyota Kijang Super merupakan produk baru yang menyegarkan, dengan desain yang baru, dengan pilihan Long Grand Extra dan Short Grand Extra. Itulah kenapa Toyota Kijang Super juga disebut LGX (Long Grand Extra)


12. Toyota Hardtop
Tampil sebagai mobil tangguh untuk keperluan offroad dan sebagai pemuat penumpang untuk melewati medan berat. Toyota Land Cruiser ini dilengkapi dengan atap yang keras sebagai salah satu varian terbaiknya, itulah kenapa disebut 'Hardtop'.



12. Toyota Starlet Kotak (Starko)
Toyota Starlet yang muncul sebagai salah satu opsi mobil keluarga dengan basis hatchback memberikan pilihan dan kesan berbeda pada konsumen mobil Toyota. Bentuknya saat dipasarkanlah yang kemudian memberikan predikat pada mobil ini. Agak mengotak, sehingga Toyota Starlet disebut 'Starko', singkatan dari 'Starlet Kotak'.




Sumber: http://www.otosia.com/berita/julukan-pada-13-mobil-toyota-di-indonesia.html

Senin, 08 September 2014

Alat-alat yang Penting untuk men-Trigger (memicu) Lampu Studio


Terkadang, setelah kita memiliki, atau bahkan baru merencanakan terjun ke lighthing studio fotografi, kebutuhan dasarnya (basic needs) lampu minimal 2 titik, beserta stand, sofbox dan payung yg juga sepasang.  bahkan banyak yg lampunya lebih dari 3 titik sudah dimiliki.

Seringnya kita lupa mengkategorikan peralatan pendukung selanjutnya sebagai basic needs atau luxuries needs ?

contoh : trigger lampu studio kita. masuk kedalam kategori apa ?
barang pokok yg mendasar atau kebutuhan yg bersifat lux ?

"sebelum kita membayangkan lampu studio kita sudah tertata apik, namun trigger tidak ada...wkwkwkwk
yuk kita kupas sedikit mengenai jenis-jenis trigger lampu studio ?"

Atau jika sudah membaca tulisan sbb :
1. Mengenal Fungsi-Fungsi Tombol Lampu Studio & Cara Pakainya
2.  (TIPS) Memasang Softbox


Kalau melihat dari jenis kamera kita.  Terdapat flash built in (pop up flash)



 dan flash eksternal kita...

Kedua flash kamera kita ini bisa dalam kondisi manual power dan  di pilih auto power (bahkan TTL)



 TTL :
Through the Lens. artinya, pengaturan kekuatan output flash yang ngikutin pengaturan cahaya yang melewati lensa.  Artinya, pengaturan kekuatan output flash yang otomatis.
seperti terprogram mendeteksi situasi cahaya yg ada, kemudian mengisi dgn cahaya dari flash eksternal anda secara "pas menurut program". 

Manual :
power flash dpat diatur secara manual keluarannya, dari 1 full power trus ke 1/4 turun powernya bahkan sampai 1/32 makin halus cahaya yg keluar


 Dalam aplikasinya untuk memicu lighting studio :

Flash kamera ini dalam bantuannya untuk memicu lampu studio, harus ter set manual.
Tidak boleh TTL.  Jika ter set "auto" atau TTL.  Memang bisa menyalakan lampu studio anda, namun tidak terekam (lihat arah cahaya yg jatuh kemodel, pasti dari arah anda) coba taruh lampu studio disamping model.
Cek pas saat flash ada auto or TTL, adakah arah cahaya dari samping difoto yg tertangkap ?
Tentunya tidak, karena program auto/TTL bekerja mendeteksi cahaya lampu saat itu (ambience light), sementara flash studio anda belum mengeluarkan cahaya.  Sehingga ketika kita flash...mereka tidak bekerja sama, yg tampak di LCD kita cahaya dari arah depan (dari flash eksternal kita).
Dan ini bukan masalah "lag" atau jeda, lampu studio yg disamping tidak terekam padahal flashnya nyala.
Tapi program TTL "lupa baca", karena perintah cahaya keluar diukur dari available light (cahaya yg ada melewati lensa saat itu), disaat kita 1/2 shutter sekalian ambil fokus suatu komposisi, disini flash light studio kan diam tidak nyala.  Disitu pokok permasalahannya.

Jadi bermain lighting studio hukumnya wajib men set flash anda sebagai trigger pada posisi manual power.
mari kita bahas satu persatu hal tersebut

1.  Internal Flash/flash built ini (pop up flash)




Umumnya kamera pada internal flashnya sudah ter set "auto" atau TTL. saya ingatkan kembali,  Posisi TTL asal flash kamera nyala, memang bisa mentrigger lampu studio anda, namun tidak terekam, dibawah ini saya ingin mentriger lampu studio pakai sensor slave (mata kucing lingkar merah) di belakang lampu studio


Jika diatas lampu tidak ada, kadang bola merah ada yg warna bening di merk lain, atau hitam, perhatikan foto bawah pada h. sycro contoller, samping bulat hijau, yg warna hitam,  di body lampu berada dibelakang, berlogo "remote" ini lah sensor cahaya (slave/mata kucing) tertanam disetiap lampu secara umum.  Jika tersinggung cahaya dia akan mentrigger lampu studio nyala flashnya.


Selama cahaya flash dari kamera kita kena ke bola merah kecil atau lampu remote itu, flash studio akan terpicu nyala (slave on).   Difoto bawah posisi lampu di kanan pojok (lingkar merah) karena sampingny tembok, walau posisi sensor slave di belakang atas lampu, karena pantulan tembok flash akan ke trigger nyala.
Kemudian saya coba foto, namun internal flash saya masih posisi auto (TTL), lihat foto bawah, flash studio saya kena namun tidak terasa cahaya kanan studio ? 
Cahaya terlihat dari hasilnya datang dari arah kamera saja, padahal lampu studio dikanan belakang ikut nyala.


Disini lah penyebab TTL yg dibahas di awal tulisan ini.  Karena program auto/TTL bekerja mendeteksi cahaya lampu saat itu (ambience light), sementara flash studio anda belum mengeluarkan cahaya, belum ditriger.  Sehingga ketika kita flash...mereka tidak bekerja sama, yg tampak di LCD kita cahaya dari arah depan (dari flash kamera kita).  Lihat contoh lagi difoto bawah

motret dgn posisi TTL pada internal flash
Dan ini bukan masalah "lag" atau jeda, lampu studio yg disamping tidak terekam padahal flashnya nyala.
Tapi program TTL "lupa baca", karena perintah cahaya keluar diukur dari available light (cahaya yg ada melewati lensa saat itu), disaat kita 1/2 shutter sekalian ambil fokus suatu komposisi, disini flash light studio kan diam tidak nyala.  Disitu pokok permasalahannya.

Jadi bermain ligthing studio hukumnya wajib men set flash anda sebagai trigger pada posisi manual power.
Untuk berjalan seiring sejauh ini hanya kamera seri Nikon yg bisa menset internal flashnya ke manual power.

Caranya (jika nikon) masuk ke menu setting, pilih flash mode, pilih manual (TTL off-kan) kemudian manual powernya set power terendah (1 = full dan 1/32 power terendah boleh lebih rendah lagi, namun takutnya cahaya tidak sampai ke sensor slave studio).  Kurangin cahaya seperlunya, sehingga konsep cahaya studio kita bersih, tidak dibocori oleh flash kamera kita ketika mentrigger.
kamera nikon, internal flashnya bisa di set manual





 pilih power flash yg rendah

setelah di set manual internal flash kamera dan power dikurangin, lihat foto berikut


lampu studio yg disamping kanan belakang terekam, dan cahaya internal flash tidak mengganggu dari depan, sehingga konsep cahaya studio kita bersih, tidak dibocori oleh flash kamera kita ketika mentrigger.

Disini flash internal kamera yg kaku dan frontal kedepan arah cahayanya, saya coba bloking di area kiri pakai tangan, namun masih mengena sensor slave di lampu studio yg berada dikanan.



Cara lain agar internal flash nggak frontal cahaya kedepan namun masih dapat memicu sensor slave di lampu studio, pakai acesoris internal flash sbb :


Cahaya frontal diarahkan keatas dan kebawah serta samping kiri dan kanan, sehingga cahaya jatuh ke model tidak flat, karena tidak ada yg datang dari depan.
Untuk kamera lain selain mayoritas nikon, yg tidak bisa menset internal flashnya ke posisi manual power, pakai saja flash eksternal anda atau trigger lainnya dibawah ini.


2.  Flash Eksternal (manual & TTL)






Jika eksternal flashnya yg bisa di set "auto" atau TTL.  Kembali diingatkan,  memang bisa menyalakan lampu studio anda,  namun tidak terekam sempurna, dibawah ini saya ingin mentriger lampu studio pakai sensor slave (mata kucing lingkar merah) di belakang lampu studio


Seperti yg kita ketahui, selama cahaya flash dari kamera kita kena ke bola merah kecil sensor slave (mata kucing lingkar merah) di belakang yg logo remote pada lampu jenis lain, flash studio akan terpicu nyala (slave on). 



Karena program auto/TTL bekerja mendeteksi cahaya lampu saat itu (ambience light, cahaya yg masuk ke lensa sat diukur), sementara flash studio anda belum mengeluarkan cahaya, belum ditriger.  Sehingga ketika kita flash...mereka tidak bekerja sama, yg tampak di foto diatas cahaya dari arah depan (dari flash kamera kita) terlihat juga bayangan khas, padahal lampu kanan depan juga nyala ?

Masuk kemenu setting pada flash body eksternal (contoh foto SB 28 Nikon) pilih manual power (TTL off), kemudian manual powernya set pada power rendah (angka besar) 1 = full power danbisa 1/64 yg paling rendah powernya.  Sehingga konsep cahaya studio kita bersih, tidak dibocori oleh flash eksternal kita ketika mentrigger

saya pilih manual 1/64


bro andi yg sedang belanja lampu studio ke tempat kita, langsung dijadikan model dadakan, disini baru terlihat sumber cahaya dari kanan.



3. IR (Infra Red) trigger 



Cara kerja hampir sama dgn flash, mengeluarkan sinar
untuk mengena ke arah bola merah kecil sensor slave (mata kucing lingkar merah) di belakang atau atas lampu studio, flash studio akan terpicu nyala (slave on). 
 
Jika cahaya di tembak frontal kearah model yg dekat, dapat efek warna merah, karena sinar IR trigger...


 ini lagi....IR trigger tidak di bounching ke atas, kena efek merah




Untuk jarak model yg dekat, bounching (arah
keatas) IR trigger anda



Sehingga cahaya merah tidak mengganggu model

Dari ketiga jenis trigger diatas ini, kita stop dahulu, mengurai jenis trigger lainnya.

Ke 3 jenis trigger diatas mensensor lampu studio dgn sensor cahaya (slave). 
Ketika shutter kita tekan, flash menyala, sekejap menyambar sensor built in (slave) yg tertanam ditubuh lampu studio secara umum.  Disini tidak terjadi "lag" atau jeda.  Semua serempak menyala.



Ketika shutter kita tekan, flash menyala, sekejap menyambar sensor built in (slave) yg tertanam ditubuh lampu studio secara umum.  Disini tidak terjadi "lag" atau jeda.  Semua serempak menyala.

Untuk didalam studio sangat mantap.  Kita bisa kontrol lampu sendiri, pakai power flash trigger kita cahaya kecil, bisa nyaber, karena dinding dan plafon maupun lantai turut memantulkan cahaya.

Namun dipublic area, gedung pertemuan atau acara wedding, trigger diatas sedikit memiliki kendala
Karena prinsip kerja ke 3 trigger diatas.  "Flash dari kamera menyala, sekejap menyambar para flash studio melalui media slavenya".

Sangat diperlukan posisi flash trigger kita mengarah ke sensor slave lampu studio.  Dapat juga memperkirakan pantulan flash kita ke sensor slave studio


Silahkan diposisi mana saja, asal pancaran cahaya dari kamera kita, mesti mengena ditempat ditanamkan sensor slave lampu studio (biasanya dibelakang atau diatas lampu studio)

Jika lampu studio kita tidak nyala, sementara trigger kita nyala, maka cahaya dari kita tidak bersinggungan dgn sensor slave lampu studio.

Rubah posisi (siapa tahu anda membelakangi lampu) dan menggunakan prinsip pantulan (bounching) metode bola billiard, jika ingin cahaya dari kita kena ke sensor slave lampu studio (disamping sensor bisa ditaruh cermin kecil jika ingin membentuk perantara arah cahaya) jika menggunakan metode arah pantulan bola billiard.

Namun jika kondisi berkata lain ? makin sulit menyala di public area.
Perhatikan sekitar kita, biasanya ada lampu yg lebih terang didekat lampu studio kita.


 
Adanya lampu video ?

Sensor dilampu studio, slave (h.s
yncro controller) dekat bulat hijau, persisnya yg bulat hitam, atau lampu merah sensor bulat kecil tadi diatas, Isinya telah penuh menyimpan sinar yg lebih keras, ketika disentuh cahaya flash kita, bermaksud untuk mentrigger, sensor tidak respon.  Bego geto lo...Flash studio tidak akan menyala.

Hang sensor....solusinya, matikan lampu anda sekejap, test button (untuk nyalain test flash lampu studio) buang simpanan flash, selanjutnya buat pembatas untuk menahan cahaya keras lampu video, sensor tetap teduh.  Sehingga cahaya kita bisa menyentuh sensor tersebut yg belum diresapi, dan tidak terkontaminasi dgn cahaya asing, dan trigger dibukakan atau dikondisikan pada akhirnya cahaya trigger cahaya kita menyentuh lampu slave pada ligthing tsb.  Disini lampu studio kita dapat menyala.


Untuk trigger ke 1.  Internal Flash diset manual, sedikit kamera yg bisa, jadi tidak dominan.


 

Untuk trigger ke 2.  Flash eksternal
 


Keunggulannya :
1.  Biasanya pemilik kamera sudah memiliki ini
2.  Bisa membantu mengisi cahaya tengah (atas dgn bounching) suatu komposisi
3.  Bisa mentrigger lampu studio saat di set manual, dan sigap mengejar liputan tanpa studio, dengan fasilitas TTL atau auto flash nya

Kelemahannya : 

1.  Batterai boros, dibanding dgn ketersediaan lampu studio yg standby power dari aliran listrik
2.  Setting kamera tidak tetap, bergerak turun seiring lemahnya batterai flash, sementara lampu studio, powernya tetap dengan energi listriknya
3.  Kadang karena jarak jauh, kita menambah power flash eksternal untuk dapat menyentuh sensor lampu studio, power nambah, cahaya bocor juga ke obyek kita.
dan kalau membelakangi lampu studio, sensor flash studio tidak tersentuh.  Kita tidak dapat mentrigger lampu studio kita.
4.  Harganya mahal, bisa satu paket lampu studio yg ditawarkan di blog ini
cukup satu kita miliki ini pada tahap awal, kalau lampu studio lebih dari 1 idealnya.


Untuk trigger ke 3. IR Trigger



Keunggulannya :
1.  Batterai hemat, tahan lama, butuh power sedikit saja, karena itu, batterai ganti yg sudah mau habis di flash eksternal kita bisa untuk IR trigger ini...hehehe hemat
2.  Karena hanya mengeluarkan flash merah kecil, ketahanan mekanikalnya simpel dan tahan lama jadinya
3.  Bisa mentrigger lampu studio.  Jika trigger lain sedang bermasalah
4.  Cocok di studio, karena space ruang dan yg motret sedikit untuk memanfatkan slave

Kelemahannya :
1.  Jika obyek terlalu dekat, dan lupa bounching, kena efek merahnya
2.  Kadang karena jarak jauh, kita tidak dapat menyentuh sensor lampu.
3. 
Kalau posisi fotografer membelakangi lampu studio, sensor flash studio tidak tersentuh cahaya IR trigger.  Lampu studio kita tidak respon.  Flash tidak nyala.

 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selain memiliki sensor slave yg tertanam dalam tubuhnya, lampu studio memiliki sensor lainnya, yaitu wireless, secara gelombang radio, atau sejenis itu
Bisa juga secara kabel sycro (yg kabel ini tidak dibahas, kabel syncro biasanya sudah termsuk dalam paket lampu)

Wireless/Radio Trigger ini masuk kedalam trigger ke 4




DC :
Menggunakan batterai AA atau AAA
, tergantung merk.  Yg sample dibawah pakai AAA.  Jika kita memiliki banyak jenis lampu, sebaiknya trigger ini yg dipakai, karena DC tidak memandang jenis dudukan socket power.  Cukup tancap di lubang Sync Cable Socket.  Begitu juga pakai mobilite untuk out door, jenis ini yg dipakai.

 flash mobilite for outdoor with trigger DC





Lihat Sync Cable Socket, disini dipasang receiver pakai jenis colokan yg kecil, untuk trigger AC pada lampu jumbo ini tidak bisa.  Karena colokan powernya dudukan seri 2.  Jadi jumbo juga mobillite outdoor yg colokan powernya beda cuma bisa memakai trigger seri DC.





AC : Menggunakan energi listrik pada receivernya. Hemat, hanya lampu studio yg dudukan socket power 3 seri yg bisa menggunakannya 






Secara fungsi AC dan DC sama.
Didalamnya terdapat channel radio, angka kecil 1&2, yg harus kita buat formasi angka yg sama antara trigger dan receiver, agar saling mengenal, terdapat 1  dan 4 alternatif pilihan/channel.

 



Dalam lampu tertentu dalam hal ini saya memakai produk Tronic Lead Power 250w, lihat logo mata di kiri, diatas tulisan sync, itu merupakan tombol on - off slave

Ketika posisi slave kita buat off, jika ada fotografer lain yang memakai flash menyala, dia tidak dapat menyambar lampu studio kita, karena slave (mata kucing) sudah kita matikan.  Yang bisa mentrigger hanya yg mencolok receiver wireless/radio trigger pada lubang Sync.
Begitu juga jika ada cahaya keras luar yg meresap didalam sensor lampu studio kita, anda tetap dapat mentrigger dgn wireless/radio trigger.  Karena terminal trigger telah kita pasangkan sebagai receiver, yg kita picu dari trigger yg sudah kita pasangkan di hot shoe kamera. 

1 trigger ini bisa memicu semua receiver yg terpasang, dengan catatan, setting chanel telah kita seragamkan, dgn cara menset tombol angka yg sama pada masing-masing unit.

Jadi kelemahan pada trigger 1, 2 dan 3 pada pembahasan awal, dapat dipecahkan oleh wireless/radio trigger ini.

Pertanyaan baru muncul, Bagaimana jika lampu studio kita kebetulan tidak ada tombol on/off slave
.  Kita ingin "mengunci" lampu biar tidak disambar orang lain yg menggunakan flash ?

Pasang receiver di setiap lampu anda dan lihat Syncro Controller, dekat lampu hijau atau pada lampu hitam dgn logo "remote" atau lampu bulat merah sensor mata kucingnya (sudah diulas awal rtikel ini).  Tutup lampu sensor hitam itu pakai lakban/isolasi hitam, kita tutup rapat, supaya tidak terlihat/tersembunyi dari cahaya flash asing yg mendekat. 





Lanjutan Pertanyaan, Jika ingin mengunci dari orang yg menggunakan wireless/radio trigger yg kebetulan sama ?

Pindahkan formasi channel di receiver dan trigger anda, pada angka 1 or 2 (channel) yg beda dgn lawan anda. 



lampu terpicu dengan menggunakan frekwensi/gelombang radio saya istilahkan, atau sejenis itu.
sehingga dari jarak jauh bisa disamber sensor lampu studio, dilampu dipasang receiver, dikamera kita dipasang transmiter.  Transmiter & Receiver yg kita pasang ini terkoneksi satu dgn lainnya.

 

Terlihat area atas wilayah lampu studio nyala cahaya putih, dan kuning area ambience, saya trigger dari aula atas gedung wedding

4.  Wireless/Radio Trigger
Keunggulannya :
1. Area rentang luas
, dan kalau membelakangi lampu studio, sensor flash studio tetap tersentuh, pada terminal receiver yg sudah kita pasangkan.  Kita dapat mentrigger lampu studio tsb, flash studio tetap nyala.
2. Jika kita memakai pada semua lampu studio kita, hanya kita sendiri yg dapat menguasai lampu dalam hal memicu cahaya keluar.
3. Bentuk Simpel

Kelemahannya :
1. Idealnya memiliki sebanyak lampu kita, jika punya cuma 1, lampu yg tidak pakai akan kena sensor secara cahaya, siapa saja yg menyalakan flash mereka (bahkan kamera pocket dgn flashnya), lampu studio kita kena sambar....waduh pusing wkwkwkwkwk  



 5.  Wireless Trigger for Strobist (PT)
Kadang sebelum membeli studio kita sudah memakai flash yg off camera di lengkapi wireless triggernya seri PT 04.




Ada yg jenis singel hotshoe (Type PT)

 Receiver memiliki hotshoe flash kamera dan transmiter di kanan polos




Keunggulannya hampir sama dgn wireless triger point 4 :
tambahannya, dapat mengkombinasi flash kamera kita sebagai lampu berikut


Kelemahannya hampir sama dgn wireless triger point 4 :
tambahan lainnya, kadang tidak bisa dicampur dgn triger DC or AC, tidak conect, jadi semua lampu kita harus pasang PT 04 ini

 Ada yg jenis double hotshoe (Type PE 3 in 1)
 Receiver dan transmiter memiliki hotshoe flash kamera

 di transmiter saya pasang flash kamera untuk cahaya tengah


Keunggulannya hampir sama dgn wireless triger point 4 :
tambahannya, dapat mengkombinasi flash kamera kita sebagai lampu berikut
dan diatas transmiter kita bisa dipasang flash, baik untuk foto rombongan, kiri dan kanan disinari flash studio, tengahnya diterangi oleh flash kamera ini

Kelemahannya hampir sama dgn wireless triger point 4 :
tambahan lainnya, kadang tidak bisa dicampur dgn triger DC or AC, tidak conect, jadi semua lampu kita harus pasang PT 04 ini

Namun kunci semua ini adalah terdapatnya kabel sycro dibawah (sering tidak termasuk dalam pembelian triger PT 04) bisa dibeli Rp 50.000


Kabel Sycro yg salah satu menuju ke terminal sync di triger flash anda dan ujung lainnya untuk dihubungkan langsung ke lampu studio dengan perantara jack besar/kecil yang disesuaikan dengan ukuran jack input dari studio lightingnya.


Kesimpulan
1. Jadi Kembali kepada teori kebutuhan, jika lighthing fotografi sebagai subyek
Trigger Studio merupakan kebutuhan primer (pokok) bersama lampu studio.
Sering orang menganggap triger adalah prioritas kedua bahkan selanjutnya dalam membeli peralatan studio.
Sebaiknya, trigger merupakan prioritas utama bersanding dgn lampu studio itu sendiri.
Idealnya setiap lampu mempunyai wireless/radio trigger, dgn back up flash internal, eksternal dan IR trigger.
2. IR trigger dan wireless/radio trigger tidak memandang merk, sifatnya universal.  Bisa dipakai disemua lampu studio yg beredar dipasaran.  Jadi tidak rugi untuk dimiliki.
3.  Tombol-tombol indikator lampu diatas, hampir sama dgn semua merk lampu studio yg beredar umum didunia ini (jadi nggak masalah tread ini dipelajari oleh yg kebetulan punya lampu studio merk lain) feel free
4.  Untuk motret studio, kamera harus bisa menset speed, diagframa dll secara manual (kamera SLR, mirrorless maupun prosumer), dan memiliki hot shoe untuk dudukan flash/trigger, serta flash kameranya bisa diset manual juga

5.  Untuk pemakaian IR dan wireless trigger ini.  Khusus kamera merk Sony, olympus atau kamera mirrorless yg hot shoenya tidak universal (seperti Nikon dan Canon) jika memiliki hot shoe flash beda dgn yg umum (lihat posisi bottom), harus membeli hot shoe adapter terlebih dahulu, untuk membuat hotshoe sama dgn kamera umum (lihat posisi top) baru disini IR atau wireless trigger bisa dipasangkan.

ramadhan moon
by : nickodarwis


NB: 
Blog ini hasil migrasi dari multiply.com yg tutup operasi di awal 2013

baca juga daftar share di blog ini yg sudah di perbaiki, klik ini



Sumber: http://nickodarwis.blogspot.com/2010/08/share-alat-alat-yg-penting-untuk-men.html