Tampilkan postingan dengan label Pesawat Tempur JF-17 Thunder. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pesawat Tempur JF-17 Thunder. Tampilkan semua postingan

Kamis, 26 Juni 2014

Myanmar Berencana Produksi Sendiri Pesawat Tempur JF-17 Thunder

Myanmar Berencana Produksi Sendiri Pesawat Tempur JF-17 Thunder


JF-17 Thunder
Myanmar akan membeli pesawat tempur multiperan JF-17 Thunder buatan China-Pakistan untuk meningkatkan kekuatan tempur udaranya, menurut laporan media lokal Myanmar.

Menurut Burma Times, Myanmar juga berniat membeli lisensi untuk memproduksi sendiri pesawat tempur JF-17, yang disebut di China sebagai FC-1 Xiaolong. Jika laporan itu benar, maka akan menjadikan Myanmar sebagai satu-satunya negara pengimpor pesawat tempur ini. Saat ini, hanya Angkatan Udara Pakistan yang mengoperasikan JF-17 (54 unit termasuk 6 prototipe) dan dilaporkan Islamabad saat ini juga sedang dalam proses pengembangan untuk mengupgrade pesawat tempur tersebut.

Meskipun kebenaran laporan ini belum dikonfirmasi oleh pemerintah Myanmar, namun pembelian ini sangat masuk akal mengingat Myanmar sejak dulu dan saat ini banyak mengoperasikan pesawat buatan China. Sebut saja 21 pesawat serangan darat NAMC A-5C, 24 interseptor Chengdu F-7M Airguard, 6 pesawat latih Chengdu FT-7S Airguard dan 4 pesawat angkut medium Y-8. Negara Asia Tenggara ini juga membeli 11 UAV Sky 02A dari China, dan 24 unit lainnya dibangun sendiri oleh Myanmar dengan nama Yellow Cat A2.

Selain itu, Myanmar juga mengoperasikan 12 unit (30 lainnya dalam order) pesawat latih tempur Karakorum-8 (JiaoLian-8), yang juga diproduksi bersama oleh China dan Pakistan. Beberapa laporan menyebutkan bahwa kontrak pembelian untuk K-8 juga termasuk lisensi untuk memproduksi komponen di dalam negeri. Beberapa tahun lalu Myanmar juga dikabarkan mempertimbangkan pembelian JF-17 sebelum akhirnya memutuskan membeli pesawat tempur MiG-29 dari Rusia.

Laporan Burma Times mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir pesawat-pesawat Myanmar mengalami masalah serius terkait kurangnya pemeliharaan, suku cadang dan teknisi yang terlatih. Tony David, seorang analis dari Jane mengatakan bahwa minimnya pengalaman, kurangnya pemeliharaan dan minimnya koordinasi unit darat dan udara telah membatasi efektivitas operasional Angkatan Udara Myanmar. Jadi pembelian JF-17 beserta teknologinya akan masuk akal bagi Myanmar.
Selain untuk meningkatkan kekuatan tempur udaranya, analis menilai pembelian JF-17 juga akan membantu Myanmar menjaga paritas negara tetangga Bangladesh, yang mana kekuatan tempur udara Bangladesh akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang dengan pembelian pesawat dari Rusia dan China. Bangladesh sebelumnya juga dilaporkan telah menolak penawaran JF-17.

JF-17 adalah pesawat tempur ringan bermesin tunggal yang dapat dipersenjatai dengan berbagai bom dan rudal termasuk rudal PL-5EII, PL-9C, PL-12 AAM, dan C-802A, bom (penggunaan umum), dan amunisi laser guided. Persenjataan standar yang melengkapi JF-17 adalah meriam GSH-23-2 23 mm dua laras atau kaliber 30 mm dari versi yang sama.

Perangkat avionik terdiri dari DEEC electronic warfare suite, NRIET KLJ-7 multi-mode fire control radar, night vision goggles yang kompatibel dengan kaca kokpit, helmet mounted sights (HMS) dan externally mounted pods seperti KG-300G self-protection radar jamming pod dan WMD-7 day/night targeting pod.

Mesin Rusia RD-93 memberikan JF-17 kecepatan maksimum hingga Mach 1,6, radius tempur hingga 1.352 km, jangkauan penerbangan feri sejauh 3.482 km dan service ceiling 16.920 m dengan bobot maksimum saat lepas landas 12.383 kg.
 
Laporan Burma Times tidak mengonfirmasi JF-17 apa yang akan dibeli oleh Myanmar, apakah Block I atau Block II, yang masing-masing seharga USD 20 juta dan USD 25 juta.

Jika jadi, pembelian Myanmar atas JF-17 ini akan menjadi keuntungan besar bagi China dan Pakistan. Kedua negara ini telah mencoba memasarkannya, tetapi hingga kini belum ada negara yang bersedia membelinya. Seperti laporan Artileri pada 2013 lalu, Pakistan mengatakan bahwa akan mulai mengekspor JF-17 pada tahun 2014. Perkiraan ekspornya adalah 5-7 unit dengan sasaran (telah terjadi penawaran dan dialog) kepada Sri Lanka, Kuwait, Qatar dan negara-negara sahabat lainnya.
Selain pesawat buatan China, Myanmar saat ini mengoperasikan 31 unit varian pesawat tempur MiG yang terdiri dari 20 MiG-29B, 6 MiG-29SE dan 5 MiG-29UB, 4 unit pesawat latih tempur Soko G-4 Super Galeb buatan Serbia, 26 pesawat latih dan pembom ringan Pilatus dari Swiss, 9 helikopter serang Mi-35 dan lebih dari 90 helikopter transportasi dan utilitas.
Sumber: http://www.artileri.org/2014/06/myanmar-berencana-produksi-jf-17-thunder.html