Terkadang, setelah
kita memiliki, atau bahkan baru merencanakan terjun ke lighthing studio
fotografi, kebutuhan dasarnya (basic needs) lampu minimal 2 titik,
beserta stand, sofbox dan payung yg juga sepasang. bahkan banyak yg
lampunya lebih dari 3 titik sudah dimiliki.
Seringnya kita lupa mengkategorikan peralatan pendukung selanjutnya sebagai basic needs atau luxuries needs ?
contoh : trigger lampu studio kita. masuk kedalam kategori apa ?
barang pokok yg mendasar atau kebutuhan yg bersifat lux ?
"sebelum kita membayangkan lampu studio kita sudah tertata apik, namun trigger tidak ada...wkwkwkwk
yuk kita kupas sedikit mengenai jenis-jenis trigger lampu studio ?"
Seringnya kita lupa mengkategorikan peralatan pendukung selanjutnya sebagai basic needs atau luxuries needs ?
contoh : trigger lampu studio kita. masuk kedalam kategori apa ?
barang pokok yg mendasar atau kebutuhan yg bersifat lux ?
"sebelum kita membayangkan lampu studio kita sudah tertata apik, namun trigger tidak ada...wkwkwkwk
yuk kita kupas sedikit mengenai jenis-jenis trigger lampu studio ?"
Atau jika sudah membaca tulisan sbb :
1. Mengenal Fungsi-Fungsi Tombol Lampu Studio & Cara Pakainya
2. (TIPS) Memasang Softbox
Kalau melihat dari jenis kamera kita. Terdapat flash built in (pop up flash)
dan flash eksternal kita...
Kedua flash kamera kita ini bisa dalam kondisi manual power dan di pilih auto power (bahkan TTL)
TTL :
Through the Lens. artinya, pengaturan kekuatan output flash yang
ngikutin pengaturan cahaya yang melewati lensa. Artinya, pengaturan
kekuatan output flash yang otomatis.
seperti terprogram mendeteksi situasi cahaya yg ada, kemudian mengisi dgn cahaya dari flash eksternal anda secara "pas menurut program".
Manual :
power flash dpat diatur secara manual keluarannya, dari 1 full power trus ke 1/4 turun powernya bahkan sampai 1/32 makin halus cahaya yg keluar
seperti terprogram mendeteksi situasi cahaya yg ada, kemudian mengisi dgn cahaya dari flash eksternal anda secara "pas menurut program".
Manual :
power flash dpat diatur secara manual keluarannya, dari 1 full power trus ke 1/4 turun powernya bahkan sampai 1/32 makin halus cahaya yg keluar
Dalam aplikasinya untuk memicu lighting studio :
Flash kamera ini dalam bantuannya untuk memicu lampu studio, harus ter set manual.
Tidak boleh TTL. Jika ter set "auto" atau TTL. Memang bisa menyalakan lampu studio anda, namun tidak terekam (lihat arah cahaya yg jatuh kemodel, pasti dari arah anda) coba taruh lampu studio disamping model.
Cek pas saat flash ada auto or TTL, adakah arah cahaya dari samping difoto yg tertangkap ?
Tentunya tidak, karena program auto/TTL bekerja mendeteksi cahaya lampu saat itu (ambience light), sementara flash studio anda belum mengeluarkan cahaya. Sehingga ketika kita flash...mereka tidak bekerja sama, yg tampak di LCD kita cahaya dari arah depan (dari flash eksternal kita).
Dan ini bukan masalah "lag" atau jeda, lampu studio yg disamping tidak terekam padahal flashnya nyala.
Tapi program TTL "lupa baca", karena perintah cahaya keluar diukur dari available light (cahaya yg ada melewati lensa saat itu), disaat kita 1/2 shutter sekalian ambil fokus suatu komposisi, disini flash light studio kan diam tidak nyala. Disitu pokok permasalahannya.
Jadi bermain lighting studio hukumnya wajib men set flash anda sebagai trigger pada posisi manual power.
mari kita bahas satu persatu hal tersebut
Tidak boleh TTL. Jika ter set "auto" atau TTL. Memang bisa menyalakan lampu studio anda, namun tidak terekam (lihat arah cahaya yg jatuh kemodel, pasti dari arah anda) coba taruh lampu studio disamping model.
Cek pas saat flash ada auto or TTL, adakah arah cahaya dari samping difoto yg tertangkap ?
Tentunya tidak, karena program auto/TTL bekerja mendeteksi cahaya lampu saat itu (ambience light), sementara flash studio anda belum mengeluarkan cahaya. Sehingga ketika kita flash...mereka tidak bekerja sama, yg tampak di LCD kita cahaya dari arah depan (dari flash eksternal kita).
Dan ini bukan masalah "lag" atau jeda, lampu studio yg disamping tidak terekam padahal flashnya nyala.
Tapi program TTL "lupa baca", karena perintah cahaya keluar diukur dari available light (cahaya yg ada melewati lensa saat itu), disaat kita 1/2 shutter sekalian ambil fokus suatu komposisi, disini flash light studio kan diam tidak nyala. Disitu pokok permasalahannya.
Jadi bermain lighting studio hukumnya wajib men set flash anda sebagai trigger pada posisi manual power.
mari kita bahas satu persatu hal tersebut
1. Internal Flash/flash built ini (pop up flash)
Umumnya
kamera pada internal flashnya sudah ter set "auto" atau TTL. saya
ingatkan
kembali, Posisi TTL asal flash kamera nyala, memang bisa mentrigger
lampu studio anda, namun tidak terekam, dibawah ini saya ingin mentriger
lampu studio pakai sensor slave (mata kucing lingkar merah) di belakang
lampu studio
Jika diatas lampu tidak ada, kadang bola merah ada yg warna bening di merk lain, atau hitam, perhatikan foto bawah pada
h. sycro contoller, samping bulat hijau, yg warna hitam, di body lampu
berada dibelakang, berlogo "remote" ini lah sensor cahaya (slave/mata
kucing) tertanam disetiap lampu secara umum. Jika tersinggung cahaya
dia akan mentrigger lampu studio nyala flashnya.
Selama
cahaya flash dari kamera kita kena ke bola merah kecil atau lampu
remote itu, flash studio akan terpicu nyala (slave on). Difoto bawah
posisi lampu di kanan pojok (lingkar merah) karena sampingny tembok,
walau posisi sensor slave di belakang atas lampu, karena pantulan tembok
flash akan ke trigger nyala.
Kemudian saya coba foto, namun internal flash saya masih posisi auto (TTL), lihat foto bawah, flash studio saya kena namun tidak terasa cahaya kanan studio ?
Cahaya terlihat dari hasilnya datang dari arah kamera saja, padahal lampu studio dikanan belakang ikut nyala.
Kemudian saya coba foto, namun internal flash saya masih posisi auto (TTL), lihat foto bawah, flash studio saya kena namun tidak terasa cahaya kanan studio ?
Cahaya terlihat dari hasilnya datang dari arah kamera saja, padahal lampu studio dikanan belakang ikut nyala.
Disini lah penyebab TTL yg dibahas di awal tulisan ini. Karena
program auto/TTL bekerja mendeteksi cahaya lampu saat itu (ambience
light), sementara flash studio anda belum mengeluarkan cahaya, belum ditriger. Sehingga
ketika kita flash...mereka tidak bekerja sama, yg tampak di LCD kita
cahaya dari arah depan (dari flash kamera kita). Lihat contoh lagi difoto bawah
motret dgn posisi TTL pada internal flash
Dan ini bukan masalah "lag" atau jeda, lampu studio yg disamping tidak terekam padahal flashnya nyala.
Tapi program TTL "lupa baca", karena perintah cahaya keluar diukur dari available light (cahaya yg ada melewati lensa saat itu), disaat kita 1/2 shutter sekalian ambil fokus suatu komposisi, disini flash light studio kan diam tidak nyala. Disitu pokok permasalahannya.
Jadi bermain ligthing studio hukumnya wajib men set flash anda sebagai trigger pada posisi manual power.
Untuk berjalan seiring sejauh ini hanya kamera seri Nikon yg bisa menset internal flashnya ke manual power.
Caranya (jika nikon) masuk ke menu setting, pilih flash mode, pilih manual (TTL off-kan) kemudian manual powernya set power terendah (1 = full dan 1/32 power terendah boleh lebih rendah lagi, namun takutnya cahaya tidak sampai ke sensor slave studio). Kurangin cahaya seperlunya, sehingga konsep cahaya studio kita bersih, tidak dibocori oleh flash kamera kita ketika mentrigger.
kamera nikon, internal flashnya bisa di set manualTapi program TTL "lupa baca", karena perintah cahaya keluar diukur dari available light (cahaya yg ada melewati lensa saat itu), disaat kita 1/2 shutter sekalian ambil fokus suatu komposisi, disini flash light studio kan diam tidak nyala. Disitu pokok permasalahannya.
Jadi bermain ligthing studio hukumnya wajib men set flash anda sebagai trigger pada posisi manual power.
Untuk berjalan seiring sejauh ini hanya kamera seri Nikon yg bisa menset internal flashnya ke manual power.
Caranya (jika nikon) masuk ke menu setting, pilih flash mode, pilih manual (TTL off-kan) kemudian manual powernya set power terendah (1 = full dan 1/32 power terendah boleh lebih rendah lagi, namun takutnya cahaya tidak sampai ke sensor slave studio). Kurangin cahaya seperlunya, sehingga konsep cahaya studio kita bersih, tidak dibocori oleh flash kamera kita ketika mentrigger.
pilih power flash yg rendah
setelah di set manual internal flash kamera dan power dikurangin, lihat foto berikut
lampu studio yg disamping kanan belakang terekam, dan cahaya internal flash tidak mengganggu dari depan, sehingga konsep cahaya studio kita bersih, tidak dibocori oleh flash kamera kita ketika mentrigger.
Disini flash internal kamera yg kaku dan frontal kedepan arah cahayanya, saya coba bloking di area kiri pakai tangan, namun masih mengena sensor slave di lampu studio yg berada dikanan.
Cara lain agar internal flash nggak frontal cahaya kedepan namun masih dapat memicu sensor slave di lampu studio, pakai acesoris internal flash sbb :
Cahaya frontal diarahkan keatas dan kebawah serta samping kiri dan kanan, sehingga cahaya jatuh ke model tidak flat, karena tidak ada yg datang dari depan.
Untuk kamera lain selain mayoritas nikon, yg tidak bisa menset internal flashnya ke posisi manual power, pakai saja flash eksternal anda atau trigger lainnya dibawah ini.
2. Flash Eksternal (manual & TTL)
Jika eksternal flashnya yg bisa di set "auto" atau TTL. Kembali diingatkan, memang bisa menyalakan lampu studio anda, namun tidak terekam sempurna, dibawah ini saya ingin mentriger lampu studio pakai sensor slave (mata kucing lingkar merah) di belakang lampu studio
Seperti yg kita ketahui, selama cahaya flash dari kamera kita kena ke bola merah kecil sensor slave (mata kucing lingkar merah) di belakang yg logo remote pada lampu jenis lain, flash studio akan terpicu nyala (slave on).
Karena program auto/TTL bekerja mendeteksi cahaya lampu saat itu (ambience light, cahaya yg masuk ke lensa sat diukur), sementara flash studio anda belum mengeluarkan cahaya, belum ditriger. Sehingga ketika kita flash...mereka tidak bekerja sama, yg tampak di foto diatas cahaya dari arah depan (dari flash kamera kita) terlihat juga bayangan khas, padahal lampu kanan depan juga nyala ?
Masuk kemenu setting pada flash body eksternal (contoh foto SB 28 Nikon) pilih manual power (TTL off), kemudian manual powernya set pada power rendah (angka besar) 1 = full power danbisa 1/64 yg paling rendah powernya. Sehingga konsep cahaya studio kita bersih, tidak dibocori oleh flash eksternal kita ketika mentrigger
saya pilih manual 1/64
bro andi yg sedang belanja lampu studio ke tempat kita, langsung dijadikan model dadakan, disini baru terlihat sumber cahaya dari kanan.
3. IR (Infra Red) trigger
Cara kerja hampir sama dgn flash, mengeluarkan sinar untuk mengena ke arah bola merah kecil sensor slave (mata kucing lingkar merah) di belakang atau atas lampu studio, flash studio akan terpicu nyala (slave on).
Jika cahaya di tembak frontal kearah model yg dekat, dapat efek warna merah, karena sinar IR trigger...
ini lagi....IR trigger tidak di bounching ke atas, kena efek merah
Untuk jarak model yg dekat, bounching (arah keatas) IR trigger anda
Sehingga cahaya merah tidak mengganggu model
Dari ketiga jenis trigger diatas ini, kita stop dahulu, mengurai jenis trigger lainnya.
Ke 3 jenis trigger diatas mensensor lampu studio dgn sensor cahaya (slave). Ketika shutter kita tekan, flash menyala, sekejap menyambar sensor built in (slave) yg tertanam ditubuh lampu studio secara umum. Disini tidak terjadi "lag" atau jeda. Semua serempak menyala.
Ketika shutter kita tekan, flash menyala, sekejap menyambar sensor built in (slave) yg tertanam ditubuh lampu studio secara umum. Disini tidak terjadi "lag" atau jeda. Semua serempak menyala.
Untuk didalam studio sangat mantap. Kita bisa kontrol lampu sendiri, pakai power flash trigger kita cahaya kecil, bisa nyaber, karena dinding dan plafon maupun lantai turut memantulkan cahaya.
Namun dipublic area, gedung pertemuan atau acara wedding, trigger diatas sedikit memiliki kendala
Karena prinsip kerja ke 3 trigger diatas. "Flash dari kamera menyala, sekejap menyambar para flash studio melalui media slavenya".
Sangat diperlukan posisi flash trigger kita mengarah ke sensor slave lampu studio. Dapat juga memperkirakan pantulan flash kita ke sensor slave studio
Silahkan diposisi mana saja, asal pancaran cahaya dari kamera kita, mesti mengena ditempat ditanamkan sensor slave lampu studio (biasanya dibelakang atau diatas lampu studio)
Jika lampu studio kita tidak nyala, sementara trigger kita nyala, maka cahaya dari kita tidak bersinggungan dgn sensor slave lampu studio.
Rubah posisi (siapa tahu anda membelakangi lampu) dan menggunakan prinsip pantulan (bounching) metode bola billiard, jika ingin cahaya dari kita kena ke sensor slave lampu studio (disamping sensor bisa ditaruh cermin kecil jika ingin membentuk perantara arah cahaya) jika menggunakan metode arah pantulan bola billiard.
Namun jika kondisi berkata lain ? makin sulit menyala di public area.
Perhatikan sekitar kita, biasanya ada lampu yg lebih terang didekat lampu studio kita.
Sensor dilampu studio, slave (h.syncro controller) dekat bulat hijau, persisnya yg bulat hitam, atau lampu merah sensor bulat kecil tadi diatas, Isinya telah penuh menyimpan sinar yg lebih keras, ketika disentuh cahaya flash kita, bermaksud untuk mentrigger, sensor tidak respon. Bego geto lo...Flash studio tidak akan menyala.
Hang sensor....solusinya, matikan lampu anda sekejap, test button (untuk nyalain test flash lampu studio) buang simpanan flash, selanjutnya buat pembatas untuk menahan cahaya keras lampu video, sensor tetap teduh. Sehingga cahaya kita bisa menyentuh sensor tersebut yg belum diresapi, dan tidak terkontaminasi dgn cahaya asing, dan trigger dibukakan atau dikondisikan pada akhirnya cahaya trigger cahaya kita menyentuh lampu slave pada ligthing tsb. Disini lampu studio kita dapat menyala.
Untuk trigger ke 1. Internal Flash diset manual, sedikit kamera yg bisa, jadi tidak dominan.
Untuk trigger ke 2. Flash eksternal
Keunggulannya :
1. Biasanya pemilik kamera sudah memiliki ini
2. Bisa membantu mengisi cahaya tengah (atas dgn bounching) suatu komposisi
3. Bisa mentrigger lampu studio saat di set manual, dan sigap mengejar liputan tanpa studio, dengan fasilitas TTL atau auto flash nya
Kelemahannya :
1. Batterai boros, dibanding dgn ketersediaan lampu studio yg standby power dari aliran listrik
2. Setting kamera tidak tetap, bergerak turun seiring lemahnya batterai flash, sementara lampu studio, powernya tetap dengan energi listriknya
3. Kadang karena jarak jauh, kita menambah power flash eksternal untuk dapat menyentuh sensor lampu studio, power nambah, cahaya bocor juga ke obyek kita.
dan kalau membelakangi lampu studio, sensor flash studio tidak tersentuh. Kita tidak dapat mentrigger lampu studio kita.
4. Harganya mahal, bisa satu paket lampu studio yg ditawarkan di blog ini
cukup satu kita miliki ini pada tahap awal, kalau lampu studio lebih dari 1 idealnya.
Untuk trigger ke 3. IR Trigger
Keunggulannya :
1. Batterai hemat, tahan lama, butuh power sedikit saja, karena itu, batterai ganti yg sudah mau habis di flash eksternal kita bisa untuk IR trigger ini...hehehe hemat
2. Karena hanya mengeluarkan flash merah kecil, ketahanan mekanikalnya simpel dan tahan lama jadinya
3. Bisa mentrigger lampu studio. Jika trigger lain sedang bermasalah
4. Cocok di studio, karena space ruang dan yg motret sedikit untuk memanfatkan slave
Kelemahannya :
1. Jika obyek terlalu dekat, dan lupa bounching, kena efek merahnya
2. Kadang karena jarak jauh, kita tidak dapat menyentuh sensor lampu.
3. Kalau posisi fotografer membelakangi lampu studio, sensor flash studio tidak tersentuh cahaya IR trigger. Lampu studio kita tidak respon. Flash tidak nyala.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selain memiliki sensor slave yg tertanam dalam tubuhnya, lampu studio memiliki sensor lainnya, yaitu wireless, secara gelombang radio, atau sejenis itu
Bisa juga secara kabel sycro (yg kabel ini tidak dibahas, kabel syncro biasanya sudah termsuk dalam paket lampu)
Wireless/Radio Trigger ini masuk kedalam trigger ke 4
DC : Menggunakan batterai AA atau AAA, tergantung merk. Yg sample dibawah pakai AAA. Jika kita memiliki banyak jenis lampu, sebaiknya trigger ini yg dipakai, karena DC tidak memandang jenis dudukan socket power. Cukup tancap di lubang Sync Cable Socket. Begitu juga pakai mobilite untuk out door, jenis ini yg dipakai.
flash mobilite for outdoor with trigger DC
Lihat Sync Cable Socket, disini dipasang receiver pakai jenis colokan yg kecil, untuk trigger AC pada lampu jumbo ini tidak bisa. Karena colokan powernya dudukan seri 2. Jadi jumbo juga mobillite outdoor yg colokan powernya beda cuma bisa memakai trigger seri DC.
AC : Menggunakan energi listrik pada receivernya. Hemat, hanya lampu studio yg dudukan socket power 3 seri yg bisa menggunakannya
Secara fungsi AC dan DC sama.
Didalamnya terdapat channel radio, angka kecil 1&2, yg harus kita buat formasi angka yg sama antara trigger dan receiver, agar saling mengenal, terdapat 1 dan 4 alternatif pilihan/channel.
Dalam lampu tertentu dalam hal ini saya memakai produk Tronic Lead Power 250w, lihat logo mata di kiri, diatas tulisan sync, itu merupakan tombol on - off slave
Ketika posisi slave kita buat off, jika ada fotografer lain yang memakai flash menyala, dia tidak dapat menyambar lampu studio kita, karena slave (mata kucing) sudah kita matikan. Yang bisa mentrigger hanya yg mencolok receiver wireless/radio trigger pada lubang Sync.
Begitu juga jika ada cahaya keras luar yg meresap didalam sensor lampu studio kita, anda tetap dapat mentrigger dgn wireless/radio trigger. Karena terminal trigger telah kita pasangkan sebagai receiver, yg kita picu dari trigger yg sudah kita pasangkan di hot shoe kamera.
1 trigger ini bisa memicu semua receiver yg terpasang, dengan catatan, setting chanel telah kita seragamkan, dgn cara menset tombol angka yg sama pada masing-masing unit.
Jadi kelemahan pada trigger 1, 2 dan 3 pada pembahasan awal, dapat dipecahkan oleh wireless/radio trigger ini.
Pertanyaan baru muncul, Bagaimana jika lampu studio kita kebetulan tidak ada tombol on/off slave. Kita ingin "mengunci" lampu biar tidak disambar orang lain yg menggunakan flash ?
Pasang receiver di setiap lampu anda dan lihat Syncro Controller, dekat lampu hijau atau pada lampu hitam dgn logo "remote" atau lampu bulat merah sensor mata kucingnya (sudah diulas awal rtikel ini). Tutup lampu sensor hitam itu pakai lakban/isolasi hitam, kita tutup rapat, supaya tidak terlihat/tersembunyi dari cahaya flash asing yg mendekat.
Lanjutan Pertanyaan, Jika ingin mengunci dari orang yg menggunakan wireless/radio trigger yg kebetulan sama ?
Pindahkan formasi channel di receiver dan trigger anda, pada angka 1 or 2 (channel) yg beda dgn lawan anda.
lampu terpicu dengan menggunakan frekwensi/gelombang radio saya istilahkan, atau sejenis itu.
sehingga dari jarak jauh bisa disamber sensor lampu studio, dilampu dipasang receiver, dikamera kita dipasang transmiter. Transmiter & Receiver yg kita pasang ini terkoneksi satu dgn lainnya.
Terlihat area atas wilayah lampu studio nyala cahaya putih, dan kuning area ambience, saya trigger dari aula atas gedung wedding
4. Wireless/Radio Trigger
Keunggulannya :
1. Area rentang luas, dan kalau membelakangi lampu studio, sensor flash studio tetap tersentuh, pada terminal receiver yg sudah kita pasangkan. Kita dapat mentrigger lampu studio tsb, flash studio tetap nyala.
2. Jika kita memakai pada semua lampu studio kita, hanya kita sendiri yg dapat menguasai lampu dalam hal memicu cahaya keluar.
3. Bentuk Simpel
Kelemahannya :
1. Idealnya memiliki sebanyak lampu kita, jika punya cuma 1, lampu yg tidak pakai akan kena sensor secara cahaya, siapa saja yg menyalakan flash mereka (bahkan kamera pocket dgn flashnya), lampu studio kita kena sambar....waduh pusing wkwkwkwkwk
5. Wireless Trigger for Strobist (PT)
Kadang sebelum membeli studio kita sudah memakai flash yg off camera di lengkapi wireless triggernya seri PT 04.
Ada yg jenis singel hotshoe (Type PT)
Receiver memiliki hotshoe flash kamera dan transmiter di kanan polos
Keunggulannya hampir sama dgn wireless triger point 4 :
tambahannya, dapat mengkombinasi flash kamera kita sebagai lampu berikut
Kelemahannya hampir sama dgn wireless triger point 4 :
tambahan lainnya, kadang tidak bisa dicampur dgn triger DC or AC, tidak conect, jadi semua lampu kita harus pasang PT 04 ini
Ada yg jenis double hotshoe (Type PE 3 in 1)
Receiver dan transmiter memiliki hotshoe flash kamera
di transmiter saya pasang flash kamera untuk cahaya tengah
Keunggulannya hampir sama dgn wireless triger point 4 :
tambahannya, dapat mengkombinasi flash kamera kita sebagai lampu berikut
dan diatas transmiter kita bisa dipasang flash, baik untuk foto rombongan, kiri dan kanan disinari flash studio, tengahnya diterangi oleh flash kamera ini
Kelemahannya hampir sama dgn wireless triger point 4 :
tambahan lainnya, kadang tidak bisa dicampur dgn triger DC or AC, tidak conect, jadi semua lampu kita harus pasang PT 04 ini
Namun kunci semua ini adalah terdapatnya kabel sycro dibawah (sering tidak termasuk dalam pembelian triger PT 04) bisa dibeli Rp 50.000
Kabel Sycro yg salah satu menuju ke terminal sync di triger flash anda dan ujung lainnya untuk dihubungkan langsung ke lampu studio dengan perantara jack besar/kecil yang disesuaikan dengan ukuran jack input dari studio lightingnya.
Kesimpulan
1. Jadi Kembali kepada teori kebutuhan, jika lighthing fotografi sebagai subyek
Trigger Studio merupakan kebutuhan primer (pokok) bersama lampu studio.
Sering orang menganggap triger adalah prioritas kedua bahkan selanjutnya dalam membeli peralatan studio.
Sebaiknya, trigger merupakan prioritas utama bersanding dgn lampu studio itu sendiri.
Idealnya setiap lampu mempunyai wireless/radio trigger, dgn back up flash internal, eksternal dan IR trigger.
2. IR trigger dan wireless/radio trigger tidak memandang merk, sifatnya universal. Bisa dipakai disemua lampu studio yg beredar dipasaran. Jadi tidak rugi untuk dimiliki.
3. Tombol-tombol indikator lampu diatas, hampir sama dgn semua merk lampu studio yg beredar umum didunia ini (jadi nggak masalah tread ini dipelajari oleh yg kebetulan punya lampu studio merk lain) feel free
4. Untuk motret studio, kamera harus bisa menset speed, diagframa dll secara manual (kamera SLR, mirrorless maupun prosumer), dan memiliki hot shoe untuk dudukan flash/trigger, serta flash kameranya bisa diset manual juga
5. Untuk pemakaian IR dan wireless trigger ini. Khusus kamera merk Sony, olympus atau kamera mirrorless yg hot shoenya tidak universal (seperti Nikon dan Canon) jika memiliki hot shoe flash beda dgn yg umum (lihat posisi bottom), harus membeli hot shoe adapter terlebih dahulu, untuk membuat hotshoe sama dgn kamera umum (lihat posisi top) baru disini IR atau wireless trigger bisa dipasangkan.
ramadhan moon
by : nickodarwis
NB:
Blog ini hasil migrasi dari multiply.com yg tutup operasi di awal 2013
baca juga daftar share di blog ini yg sudah di perbaiki, klik ini
Sumber: http://nickodarwis.blogspot.com/2010/08/share-alat-alat-yg-penting-untuk-men.html